halaman sekolah di Waitama (Tim M) |
Waitama, sebuah kampung kecil di
pedalaman Sumba Timur. SD SMP Satu Atap Waitama adalah sekolah tujuan kami. Di
sekolah ini pula kami tinggal, tepatnya di ruang kelas 9 yang masih belum
diisi. Pada tahun ajaran 2013/2014 ini SMP Waitama dibuka setahun yang lalu
sehingga baru menerima dua angkatan. Setelah menimbang-nimbang dan mikir-mikir,
kami serta pengelola sekolah sepakat menggunakan ruang kelas 9 sebagai beskem.
Di sinilah ruang kerja, kamar, ruang makan sekaligus dapur kami.
Kebetulan sekarang sedang bulan
Ramadhan sehingga hanya perlu masak sekali pas buka puasa, kalau sahur biasanya
tinggal ngangetin aja. Air minum dan masak beberapa hari pertama bisa dipenuhi
dari belasan botol air mineral ukuran besar yang sempat diisi ulang sebelum ke
sini dan air hujan. Kalau hujan biasa kami tampung dengan ember dan panci,
lumayan lah buat masak atau sekadar cuci piring (tapi hujan hanya beberapa kali
saja turun). Pas nampung air pun harus dijaga betul-betul karena kalau lengah
bisa-bisa diminum sama anjing kampung. Kalau sudah gitu, air yang susah-susah
ditampung akhirnya harus dibuang begitu saja.
ambil air (Tim M) |
Beberapa hari kemudian baru kami
tahu kalau di kampung sebelah ada sumur. Setelah itu krisis air bisa
tertangani, meski harus kerepotan bawa banyak botol pake motor. Cukup jauh
jarak sumur dari beskem kami, mana jalannya rusak lagi, ditambah harus motong
jalan lewat hutan kecil dan sawah kering untuk memangkas jarak. Dengan
berboncengan kami bawa botol aqua 1,5 liter sebanyak mungkin, karena tak punya
alat tampung yang lebih besar. Medan yang cukup sulit dengan beberapa tanjakan
terjal harus kami lalui. Terkadang satu dua botol yang sudah terisi penuh
tumpah karena hilang keseimbangan. Tapi tak apalah yang penting masih bisa bawa
pulang air. Sehari biasa kami ambil air dua kali saat pagi hari. Demi dapat air, apapun akan dilakukan.
Kebetulan ada sedikit sisa tandon air sekolah yang
bisa dimanfaatkan untuk keperluan MCK. Sebenarnya para guru sudah
memesankan air satu tandon untuk keperluan kami. Tapi entah kenapa pesanan itu
tak datang juga sampai kami selesai tugas di sana. Jadi air tandon yang tersisa
harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Hanya untuk keperluan kakus saja, kebutuhan
cuci sudah ada air hujan. Kalau untuk mandi, tak terpikirkan lagi. Bisa dapat
air buat minum dan makan aja udah syukur. Diambil positifnya aja, jadi ada
alasan kuat buat ga mandi kan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar