bersiap menyanyi lagu lokal, saat menyambut kedatangan tim (Tim M) |
“Sungguh.. sayang beta mati rasa
Nona, cinta yang beta kasi cuma pelarian semata...” itulah sepenggal lagu
berjudul “Mati Rasa” yang sering kudengar dalam berbagai kesempatan. Mulai dari
di dalam mobil dari Ende menuju Borong hingga rumah-rumah penduduk. Lagu “Mati
Rasa” bisa dibilang sangat ngehits pada tahun 2013. Mulai dari Sulawesi hingga
Papua, termasuk NTT lagu ini seringkali diputar di berbagai tempat. Anak-anak
di kampung pun seringkali terdegar mendendangkan lagu Ambon ini. Lagu ini
memiliki beberapa versi, dan versi yang sering diputar konon kabarnya dinyanyikan
oleh Pasha “Ungu”.
“Mati Rasa” hanyalah satu dari
sekian banyak lagu ambon yang sering terdengar gemanya di bumi Manggarai. Musik
yang enak didengar dengan bahasa sederhana mungkin menjadi daya tarik dari
lagu-lagu ambon. Selain tentunya kedekatan budaya dan bahasa, sesama “Orang
Timur”. Tema lagu yang diangkat pun kebanyakan tentang cinta sehingga sangat
disukai anak-anak muda. Selain lagu ambon, lagu latin dan barat pun mereka
suka. Yang penting asal iramanya terdengar asyik dan jedag-jedug.
Musik memang tak bisa dipisahkan
dari orang Manggarai. Tak hanya di rumah saja, di angkutan umum seperti travel
dan otokol pun musik senantiasa bergaung. Kalau nyetel musik pakai DVD di mobil
travel mungkin sudah biasa, tapi otokol di sini jadi sedikit pembeda. Otokol
yang merupakan truk angkutan pedesaan biasanya punya speaker yang dilekatkan di
bagian belakang kepala truk, menghadap ke arah penumpang. Musik disetel
keras-keras, hingga terdengar dari jarak jauh. Dari jauh saja sudah terdengar menggelegar, apalagi jika berada di kursi penumpang yang tepat menghadap ke corong speaker. Yang pasti para penumpang lokal cukup menikmatinya.
Meski listrik PLN belum masuk kampung, tapi beberapa
rumah punya sound system yang biasa digunakan untuk memutar lagu-lagu kesukaan
mereka. Di waktu tertentu seperti saat pesta maupun hari keagamaan, musik
disetel keras-keras hingga larut malam. Di hari biasapun seringkali terdengar
hentakan musik dari sebuah rumah. Musik seperti ini biasa disetel pada malam
hari saat mereka menghidupkan genset. Tidak ada alasan yang spesial, hanya
untuk menghibur diri. Maklum saja di kampung terpencil pegunungan Manggarai
sulit menemukan hiburan seperti warga di kota. Hanya musik seperti inilah
hiburan bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar