Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manusia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Maret 2016

Mereguk Manisnya Sawit di Manismata

simpang sawit, dekat perbatasan Kalimantan Tengah
Sejarah perkebunan sawit di Manismata sudah berlangsung sejak awal masa penempatan transmigran di sini, pada tahun 1980-an. Manismata masuk wilayah administratif kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang saat ini bisa ditempuh dalam waktu 4 – 6 perjalanan darat. Tapi kota terdekat dari sini adalah Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang bisa ditempuh sekitar sejam lewat jalan darat. “Dulu sekitar sekolah ini masih hutan lebat, hanya ada beberapa rumah saja di sekitarnya.”, kisah Pak Saka. Beliau adalah salah satu guru pertama yang ditempatkan di sekolah yang kini menjadi lokasi SMPN 1 Manismata. Bersama dua orang guru lainnya, beliau ditugaskan untuk mengajar anak-anak warga lokal dan transmigran pertama.

Rabu, 19 Agustus 2015

Bertandang ke Watu Ling (1), Mengenal Lebih Dekat Orang Manggarai

kabut pun mulai turun saat sore menjelang di Elar
Terpencil jauh di antara perbukitan Manggarai Timur kampung kecil bernama Ledu berada. Tak mudah mencapai kampung yang masuk dalam wilayah kecamatan Elar. Sore itu kami berangkat menggunakan mobil dari Ruteng menuju Elar. Jalan gunung meliuk-liuk mewarnai perjalanan menuju Elar. Seringkali ditemui bukit-bukit yang tergerus akibat longsor. Jalan makin menyempit dan banyak lubang ketika mendekati Elar. Jalan rusak dan menanjak membuat pengemudi harus selalu waspada. Selain pengemudi yang handal, dibutukan pula kendaraan bergardan ganda untuk melalui medan semacam ini. Meski kadang dibuat was-was akibat kondisi jalan yang buruk, namun itu terbayar tuntas dengan pemandangan pegunungan Manggarai. Perbukitan dan lembah hijau terlihat suram berselimut kabut, suasana begitu mistis namun romantis. Kebun kopi terhampar luas, katanya tempat ini merupakan sentra penghasil kopi terkenal di Elar.

Selamat Pagi Sumba



matahari pagi pulau Sumba
Seuntai senyum menghiasi wajah manis gadis berseragam merah putih diikuti dengan suara terlontar dari mulutnya. “Selamat Pagi!”, sambil berjalan dia menyapa kami yang naik motor berlawanan arah dengan tujuannya. Gadis itu sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya, SD-SMP Satu Atap Waitama yang masih satu kilometer perjalanan lagi. Perjalanan yang cukup melelahkan di jalan yang membelah padang sabana harus dia tempuh untuk sekolah. Meski kelelahan, bukan keluhan yang dia tunjukkan melainkan sapaan hangat dan bersahabat.

Kisah Para Guru yang Mengabdi di Pelosok Negeri: Mengabdi dengan Hati (Manggarai, NTT)

Pak Gabriel (paling belakang), mengantar kami kembali ke kampung Heret
Seorang pria paruh baya menyambut dengan ramah sesaat setelah kami berada di depan pintu rumahnya sambil mengucap salam. Beliau segera mempersilahkan kami masuk ke rumahnya tanpa curiga sedikitpun terhadap kedatangan ketiga orang asing ini. Di dalam rumahnya, kami menyampaikan maksud dan tujuan datang ke kampung itu. Pak Gabriel, yang juga seorang guru di SDN Heret itu langsung bersedia membantu penelitian kami di sekolahnya.