Tampilkan postingan dengan label kelana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kelana. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 November 2015

Selamat Datang di Kota Juang Nanga Pinoh


Tugu Juang Nanga Pinoh
Sekitar enam jam perjalanan dari Pontianak sampailah di pertigaan jalan dengan sebuah tugu berada tepat di tengah persimpangan jalan. Simpang Pinoh, begitu orang menamai simpang jalan yang ditandai dengan tugu yang menggambarkan dua orang yang sedang mengibarkan bendera merah putih. Sesuai namanya, simpang Pinoh menjadi jalan masuk ke kota Nanga Pinoh. Sekitar setengah jam kemudian sampailah di kota Nanga Pinoh ditandai dengan jembatan yang membelah sungai Pinoh. Dari jembatan kita bisa melihat muara sungai Pinoh yang terhubung dengan sungai Melawi. Muara sungai atau dalam bahasa setempat disebut “nanga” seringkali dijadikan pusat perdagangan dan kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Setelah melewati jembatan kita memasuki kawasan pertokoan dan pasar yang menjadi pusat keramaian di kota Nanga Pinoh.

Rabu, 28 Oktober 2015

Menanti Senja di Karimata, Mengantar Kepergian si Tua Arungi Samudera


mengantar kepergian sang Perintis arungi samudera

Raungan sirene terdengar dari arah dermaga. Sebuah kapal barang tua dengan tulisan “PERINTIS” di bagian atas telah merapat dengan sempurna. Beberapa orang yang sedari tadi menunggu di dermaga, segera menuju ke arah kapal. KM Terigas I, merupakan kapal perintis yang melayani rute Semarang – Sambas PP. Kapal barang tua yang juga difungsikan sebagai kapal penumpang ini menjadi satu-satunya transportasi umum yang singgah di kepulauan Karimata. Dari sekian banyak pulau dan kampung, hanya dermaga kampung Betok, Pulau Karimata lah yang dijadikan titik singgah kapal perintis. Kapal perintis yang berlabuh di Karimata akan menuju ke Sambas atau Ketapang, tergantung rute tujuan. Hanya dua kali dalam sebulan, kapal perintis menyinggahi Karimata oleh karena itu kedatangan kapal ini selalu dinanti oleh warga Karimata.

Sabtu, 20 Juni 2015

Menapak Jejak Sejarah Tambang Batubara di Sawahlunto



pemukiman di Sawahlunto

Sawahlunto, pertama kali mendengarnya saat saya SD sekitar kelas 4 (akhir tahun 90an). Dalam buku IPS yang juga disampaikan oleh guru, Sawahlunto yang terletak di Sumatera Barat merupakan salah satu situs tambang batubara di Indonesia. Terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang, Sawahlunto dulu hanya merupakan sebuah lembah subur yang dijadikan sawah oleh warga setempat. Lembah tersebut dibelah oleh aliran sungai Lunto. Nama Sawahlunto sendiri diambil dari kata “sawah” dan sungai “Lunto”. Lembah sungai Lunto yang subur itu kemudian beralih fungsi menjadi daerah pertambangan batubara.

Nagari Kecil di Dasar Lembah itu Bernama Silokek



Nagari Silokek
Tersembunyi di suatu lembah yang sunyi. Diapit oleh tebing tinggi dengan aliran sungainya yang deras. Di sanalah Nagari Silokek berada. Dalam pemerintahan tradisional Minang, nagari merupakan wilayah hukum yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat termasuk masalah adat. Secara administratif, nagari adalah bagian dari wilayah kecamatan yang dipimpin oleh wali nagari. Dengan kata lain, nagari setara dengan wilayah desa. Nagari Silokek, suatu tempat di mana kedamaian dan ketenangan khas pedesaan begitu terasa.