Tampilkan postingan dengan label garut. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label garut. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Februari 2016

Punten, abdi teu tiasa bahasa Sunda

salah satu sudut jalan yang sepi 
Pagi itu telinga ini mendengar suara-suara yang cukup asing di telinga. Orang-orang berbicara dengan bahasa yang tidak kumengerti. Mirip seperti percakapan antara si Aa dengan Aa lainnya di warung “Burjo” dekat kampus. Ya.. aku sedang berada di Jawa Barat, Garut tepatnya. Hari pertama di Garut, kuhabiskan di beskem hanya ngobrol dengan kawan dan tidur-tiduran. Masih sungkan rasanya untuk keluar dan berinteraksi dengan warga sekitar. Padahal aku di sini bertugas sebagai enumerator/pewawancara suatu survei yang mau tidak mau harus berinteraksi secara intensif dengan orang-orang berbahasa asing itu. Entah apa yang dipikirkan kawan-kawan lain yang juga tidak bisa berbahasa Sunda.

Kamis, 22 Mei 2014

Dari Moleknya Kampung Mojang, Sampai ke Kawah Kamojang yang Elok

Menjelang tengah hari, awan mendung menggantung di langit kampung Mojang. Segelas kopi panas dan beberapa potong gorengan menemani kami menikmati sejuknya udara pegunungan. Terlihat beberapa petani sibuk menanam di lereng yang terjal. Suatu tugas yang tidak mudah, bertani di lereng-lereng bukit. Dibutuhkan tenaga, keterampilan, dan keberanian ekstra untuk menjadi petani di lahan miring. Risiko jatuh maupun tanah longsor nampaknya tak menciutkan nyali mereka demi untuk mencari sesuap nasi. Saya hanya bisa menikmati secara visual hasil karya mereka. Menyulap area perbukitan monoton menjadi lebih “berwarna” dengan adanya berbagai tanaman yang tertata rapi.

Senin, 21 April 2014

Garut, Harta Terpendam Bumi Priangan

Dodol dan Aceng Fikri, itulah yang ada di benak saya tentang Garut sebelum bertandang ke sana. Tidak banyak yang saya ketahui tentang Garut karena kurangnya informasi dari media massa seperti televisi. Baru beberapa bulan yang lalu nama Garut terangkat oleh kasus nikah siri yang menjerat Bupati Garut saat itu. Sebuah isu yang mempopulerkan Garut, namun sayangnya dalam hal yang negatif. Seorang kawan pernah menceritakan pengalamannya saat berada di suatu daerah. “Anak buahnya Aceng Fikri ya..” celetuk seseorang yang dia temui sesaat setelah mengetahui identitasnya sebagai orang Garut. Saking seringnya media membahas isu itu, membuat sebagian orang mengenal Garut identik dengan Aceng Fikri. Padahal Garut tidak sesempit itu, tidak hanya sebatas dodol atau Aceng Fikri saja. Garut yang juga mendapat julukan kota intan itu memiliki banyak hal menarik yang jarang ditemui di tempat lain.