bukan di kampung maling, cuma foto salah satu lokasi aja (biar ada gambarnya) |
Sejak awal kami tiba di Sumba
Barat ini sudah diwanti-wanti sama orang sini kalau harus hati-hati jika pergi
ke suatu kampung. Katanya di kampung itulah para begal dan rampok berasal.
Konon katanya mereka tak segan-segan membunuh korban saat merampas motornya.
Tidak hanya di Sumba Barat saja, daerah operasi mereka meliputi hampir seluruh
pulau Sumba. Sepak terjang para begal dari kampung itu sudah terkenal di
seantero Sumba. Katanya para begal itu sebagian juga punya ilmu kebal dan
terkenal berani. Sialnya, ada sekolah dan beberapa rumah yang harus kami
kunjungi di sana.
Kami diberi batas waktu sampai
sekitar jam 5 sore harus sudah sampai di Waikabubak, kota kabupaten Sumba
Barat. Setelah jam 5 sore biasanya jalan raya di sekitar kampung itu sepi, di
sanalah banyak terjadi pembegalan. Tak mau ambil risiko, kami yang biasanya di
lapangan sampai malam kini harus menyesuaikan waktu kunjungan.
Was-was juga ketika masuk kampung
maling itu. Apalagi kebetulan waktu itu aku naik motor sendiri karena dua kawan
lain berada di kampung sebelah. Sekilas tak nampak beda dengan kampung lain di
sekitarnya. Warganya pun terlihat biasa-biasa saja. Beberapa warga yang kutemui
juga berperilaku wajar. Mereka ramah terhadap orang asing dan enak diajak
ngobrol sama seperti warga Sumba lain. Memang tidak semua warga di sana berprofesi
sebagai maling, tapi tetap saja harus waspada. Motor sebisa mungkin berada
dalam pengawasanku. Dan kalaupun harus kutinggal, harus bisa benar-benar
dipastikan kalau motor dititipkan ke orang yang tepat.
Sempat sekali aku nitip motor
karena untuk ke rumah responden harus naik bukit lewat jalan setapak, motor tak
bisa lewat. Sempat beberapa kali kutanya keamanan motor dan dia dengan yakin
memberi jaminan keamanan. Hanya secara lisan memang, dan aku juga ga kenal sama
si Bapak. Bisa saja si Bapak adalah salah satu komplotan begal yang beruntung
karena ada mangsa empuk di depan mata. Dilihat dari gerak-geriknya sih orangnya jujur dan bisa
dipercaya. Tak ada banyak waktu, aku pun meninggalkan motor di rumah bapak itu.
Untungnya orang yang kutitipin beneran bisa dipercaya. Setibanya di sana motor
masih utuh, dan bisa kubawa pulang ke beskem dengan selamat.
Sehari kemudian aku pindah ke kampung sebelah dan
bertemu dengan seorang warga yang pernah jadi korban pencurian. Beberapa waktu
yang lalu sapi milik kerabatnya dicuri oleh orang yang dicurigai berasal dari
kampung maling. Tragisnya, selain mencuri sapinya mereka juga membunuh si
pemilik. Kawanan rampok di sana memang terkenal sadis. Mereka biasanya
menyimpan barang curiannya di hutan keramat. Tak begitu luas tempatnya, konon
hutan tersebut angker dan tak semua orang berani mendekat. Mungkin mitos itulah
yang dimanfaatkan mereka menjadikan tempat itu sebagai lokasi aman untuk menyimpan
barang-barang curiannya. Sudah jadi rahasia umum kalau di kampung itu gudangnya
rampok. Namun dari dulu hingga sekarang (Juli 2013) tetap saja seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar