Kamis, 04 Februari 2016

Bertandang ke Kampung Maling

bukan di kampung maling, cuma foto salah satu lokasi aja (biar ada gambarnya)
Sejak awal kami tiba di Sumba Barat ini sudah diwanti-wanti sama orang sini kalau harus hati-hati jika pergi ke suatu kampung. Katanya di kampung itulah para begal dan rampok berasal. Konon katanya mereka tak segan-segan membunuh korban saat merampas motornya. Tidak hanya di Sumba Barat saja, daerah operasi mereka meliputi hampir seluruh pulau Sumba. Sepak terjang para begal dari kampung itu sudah terkenal di seantero Sumba. Katanya para begal itu sebagian juga punya ilmu kebal dan terkenal berani. Sialnya, ada sekolah dan beberapa rumah yang harus kami kunjungi di sana.

Kami diberi batas waktu sampai sekitar jam 5 sore harus sudah sampai di Waikabubak, kota kabupaten Sumba Barat. Setelah jam 5 sore biasanya jalan raya di sekitar kampung itu sepi, di sanalah banyak terjadi pembegalan. Tak mau ambil risiko, kami yang biasanya di lapangan sampai malam kini harus menyesuaikan waktu kunjungan.

Was-was juga ketika masuk kampung maling itu. Apalagi kebetulan waktu itu aku naik motor sendiri karena dua kawan lain berada di kampung sebelah. Sekilas tak nampak beda dengan kampung lain di sekitarnya. Warganya pun terlihat biasa-biasa saja. Beberapa warga yang kutemui juga berperilaku wajar. Mereka ramah terhadap orang asing dan enak diajak ngobrol sama seperti warga Sumba lain. Memang tidak semua warga di sana berprofesi sebagai maling, tapi tetap saja harus waspada. Motor sebisa mungkin berada dalam pengawasanku. Dan kalaupun harus kutinggal, harus bisa benar-benar dipastikan kalau motor dititipkan ke orang yang tepat.

Sempat sekali aku nitip motor karena untuk ke rumah responden harus naik bukit lewat jalan setapak, motor tak bisa lewat. Sempat beberapa kali kutanya keamanan motor dan dia dengan yakin memberi jaminan keamanan. Hanya secara lisan memang, dan aku juga ga kenal sama si Bapak. Bisa saja si Bapak adalah salah satu komplotan begal yang beruntung karena ada mangsa empuk di depan mata. Dilihat dari gerak-geriknya sih orangnya jujur dan bisa dipercaya. Tak ada banyak waktu, aku pun meninggalkan motor di rumah bapak itu. Untungnya orang yang kutitipin beneran bisa dipercaya. Setibanya di sana motor masih utuh, dan bisa kubawa pulang ke beskem dengan selamat.

Sehari kemudian aku pindah ke kampung sebelah dan bertemu dengan seorang warga yang pernah jadi korban pencurian. Beberapa waktu yang lalu sapi milik kerabatnya dicuri oleh orang yang dicurigai berasal dari kampung maling. Tragisnya, selain mencuri sapinya mereka juga membunuh si pemilik. Kawanan rampok di sana memang terkenal sadis. Mereka biasanya menyimpan barang curiannya di hutan keramat. Tak begitu luas tempatnya, konon hutan tersebut angker dan tak semua orang berani mendekat. Mungkin mitos itulah yang dimanfaatkan mereka menjadikan tempat itu sebagai lokasi aman untuk menyimpan barang-barang curiannya. Sudah jadi rahasia umum kalau di kampung itu gudangnya rampok. Namun dari dulu hingga sekarang (Juli 2013) tetap saja seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar