keramaian malam di salah satu sudut kota Medan |
Jam baru menunjukkan pukul 8
pagi, matahari juga belum memancarkan sinar panasnya. Namun jalanan pagi ini
terasa begitu panas dan pengap. Kendaraan bermotor berdesakan memenuhi jalanan.
Jalan sebenarnya cukup lebar, tapi terasa begitu sesak akibat banyaknya
kendaraan pagi itu. Mobil, bentor, angkot, dan tentu saja motor menguasai
jalanan. Dengan bodi ramping kendaraannya, para pemotor berebutan mencari ruang
kosong di depannya. Celah sesempit apapun diterabasnya asal masih bisa ditembus
setang motor. Mereka nampak lihai meliuk-liuk di sela kendaraan lain.
Bunyi klakson terdengar nyaring
bersahutan tatkala kemacetan mencapai puncaknya. Kendaraan hampir tak bisa
bergerak sama sekali. Khusus untuk motor masih bisa melaju jika dikendarai oleh
pemotor handal. Namun untuk mobil dan kendaraan besar lainnya tak ada harapan,
hanya bisa pasrah sambil berharap biang kemacetan di depan segera enyah. Ketika
kemacetan semakin parah dan lama, tak hanya klakson yang berbunyi. Kadang
mulut-mulut frustrasi pun tak kalah nyaring mengumpat.
Macet parah, kepadatan dan
akumulasi asap membuat udara makin pengap. Di sini kesabaran pengendara diuji,
bagi yang sabar cukup menyikapinya dengan istighfar. Sebaliknya bagi yang sudah
lewat batas kesabarannya, boleh lah sekali-kali diluapkan lewat mulut saja. Kemacetan
parah seperti ini biasa terjadi di lampu merah. Saat yang di belakang harus
bersabar menunggu antrian, bagian paling depan keknya sudah habis kesabaran.
Jika normalnya kendaraan harus berhenti di belakang garis putih, tapi mereka
berhentinya di tengah simpang. Tak perlu melihat tanda lampu, cukup dengar
klakson dari belakang tandanya sudah boleh jalan. Tak jarang para pemotor nekat
menerobos lampu merah. Aku yang biasa berkendara di Jogja yang begitu woles
kaget awalnya. Tapi lama kelamaan mulai terbiasa. Dan akhirnya akupun
ikut-ikutan, jika tidak maka akan “tergilas” oleh lalu lintas yang ganas. Ini
Medan Bung!
Untuk sampai ke Medan Perjuangan
memang harus melalui hal-hal semacam itu. Medan Perjuangan merupakan suatu
kecamatan yang terletak di Kota Medan. Kecamatan ini terletak agak pinggir
sehingga tidak semacet di pusat kotanya. Meskipun demikian, tidaklah serta
merta menjadikan daerah ini lebih mudah untuk dijelajahi. Jalanan memang
relatif lengang, tapi susah untuk mencari alamat. Berbeda dengan orang di
daerah pelosok, ketika ditanya rumah orang di kampung sebelah yang berjarak dua
bukit dan dua lembah pun tak masalah. Tapi di kota besar seperti Medan,
jangankan RT sebelah, tetangga sebelah rumah saja kadang tak tahu.
Beberapa kali tanya orang, dijawab dengan jawaban yang
berbeda. Beberapa kali pula kami mondar-mandir di jalan yang sama. Bahkan untuk
mencari lokasi RT yang dimaksud pun susahnya setengah mati. Wilayah yang
relatif sempit dengan pemukiman padat memungkinkan batas-batas antar RT menjadi
tumpang tindih sehingga membingungkan warga sendiri. Sebagian masyarakat kota
seringkali pindah kontrakan/kos, sehingga cukup menyulitkan dalam pencarian.
Sampai tengah hari, alamat yang dicari tak kunjung ketemu. Daripada makin
pusing, kami mampir saja di sebuah warung. Sekadar mengisi perut dan menenggak
es teh untuk menurunkan tensi yang mulai mendidih. Memang butuh perjuangan
keras untuk menaklukkan Medan Perjuangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar