Selasa, 02 Februari 2016

Berjuang di Medan Perjuangan

keramaian malam di salah satu sudut kota Medan
Jam baru menunjukkan pukul 8 pagi, matahari juga belum memancarkan sinar panasnya. Namun jalanan pagi ini terasa begitu panas dan pengap. Kendaraan bermotor berdesakan memenuhi jalanan. Jalan sebenarnya cukup lebar, tapi terasa begitu sesak akibat banyaknya kendaraan pagi itu. Mobil, bentor, angkot, dan tentu saja motor menguasai jalanan. Dengan bodi ramping kendaraannya, para pemotor berebutan mencari ruang kosong di depannya. Celah sesempit apapun diterabasnya asal masih bisa ditembus setang motor. Mereka nampak lihai meliuk-liuk di sela kendaraan lain.


Bunyi klakson terdengar nyaring bersahutan tatkala kemacetan mencapai puncaknya. Kendaraan hampir tak bisa bergerak sama sekali. Khusus untuk motor masih bisa melaju jika dikendarai oleh pemotor handal. Namun untuk mobil dan kendaraan besar lainnya tak ada harapan, hanya bisa pasrah sambil berharap biang kemacetan di depan segera enyah. Ketika kemacetan semakin parah dan lama, tak hanya klakson yang berbunyi. Kadang mulut-mulut frustrasi pun tak kalah nyaring mengumpat.

Macet parah, kepadatan dan akumulasi asap membuat udara makin pengap. Di sini kesabaran pengendara diuji, bagi yang sabar cukup menyikapinya dengan istighfar. Sebaliknya bagi yang sudah lewat batas kesabarannya, boleh lah sekali-kali diluapkan lewat mulut saja. Kemacetan parah seperti ini biasa terjadi di lampu merah. Saat yang di belakang harus bersabar menunggu antrian, bagian paling depan keknya sudah habis kesabaran. Jika normalnya kendaraan harus berhenti di belakang garis putih, tapi mereka berhentinya di tengah simpang. Tak perlu melihat tanda lampu, cukup dengar klakson dari belakang tandanya sudah boleh jalan. Tak jarang para pemotor nekat menerobos lampu merah. Aku yang biasa berkendara di Jogja yang begitu woles kaget awalnya. Tapi lama kelamaan mulai terbiasa. Dan akhirnya akupun ikut-ikutan, jika tidak maka akan “tergilas” oleh lalu lintas yang ganas. Ini Medan Bung!

Untuk sampai ke Medan Perjuangan memang harus melalui hal-hal semacam itu. Medan Perjuangan merupakan suatu kecamatan yang terletak di Kota Medan. Kecamatan ini terletak agak pinggir sehingga tidak semacet di pusat kotanya. Meskipun demikian, tidaklah serta merta menjadikan daerah ini lebih mudah untuk dijelajahi. Jalanan memang relatif lengang, tapi susah untuk mencari alamat. Berbeda dengan orang di daerah pelosok, ketika ditanya rumah orang di kampung sebelah yang berjarak dua bukit dan dua lembah pun tak masalah. Tapi di kota besar seperti Medan, jangankan RT sebelah, tetangga sebelah rumah saja kadang tak tahu.

Beberapa kali tanya orang, dijawab dengan jawaban yang berbeda. Beberapa kali pula kami mondar-mandir di jalan yang sama. Bahkan untuk mencari lokasi RT yang dimaksud pun susahnya setengah mati. Wilayah yang relatif sempit dengan pemukiman padat memungkinkan batas-batas antar RT menjadi tumpang tindih sehingga membingungkan warga sendiri. Sebagian masyarakat kota seringkali pindah kontrakan/kos, sehingga cukup menyulitkan dalam pencarian. Sampai tengah hari, alamat yang dicari tak kunjung ketemu. Daripada makin pusing, kami mampir saja di sebuah warung. Sekadar mengisi perut dan menenggak es teh untuk menurunkan tensi yang mulai mendidih. Memang butuh perjuangan keras untuk menaklukkan Medan Perjuangan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar