Kamis, 29 September 2022

Berlayar Dari Batam ke Pulau Pemping

berlayar

Waktu menunjukkan pukul 16.30, kawan yang ditunggu tak kunjung datang. Keramaian yang sedari tadi mengisi penuh area dermaga berangsur lengang. Hari ini merupakan puncak acara “Pesta Anak Pantai” menyambut HUT RI ke 77 di Tanjung Riau. Berbagai macam acara seperti lomba panjat pinang hingga balap speed boat diadakan di area dermaga dan lapangan Kampung Tua Tanjung Riau mulai dari pagi hingga sore.

Sebut saja Bang Dan, dia adalah warga lokal pulau seberang yang sedianya akan memandu perjalanan kami. Dia baru tiba di dermaga sekitar pukul 5 sore setelah mengantarkan anak istrinya pulang ke Singapura. Istri Bang Dan memang seorang warga negara Singapura yang juga merupakan orang Melayu Kepulauan Riau. Sejak perbatasan kedua negara dibuka akhir tahun 2021, setidaknya sebulan sekali mereka bertemu. Hanya beberapa hari dalam sebulan mereka berkumpul karena terpisah batas yang sebenarnya hanya “sejengkal”.

beranda Singapura di ujung cakrawala

Tekong mulai menyalakan mesin beberapa saat setelah barang terakhir termuat. Kapal berkapasitas 20 orang itu memuat 14 penumpang dan barang-barang bawaan kami. Perlahan kapal kayu bermesin 40 PK meninggalkan dermaga Tanjung Riau dan semakin laju saat berada di perairan dalam. Di kejauhan tampak beranda Singapura yang dijejali gedung-gedung pencakar langit. Sementara di pulau-pulau sekitar terlihat pemukiman kampung sederhana dengan satu dua titik lampu yang mulai menyala.

Setelah melalui selat di antara beberapa pulau kecil, kapal berlayar di lautan lepas. Gelombang laut relatif tenang, hujan tak juga turun meskipun mendung. Tak terlalu lama berada di lautan lepas, kapal kembali memasuki gugusan kepulauan kecil. Benar kata Bang Dan, kalau rute pelayaran ini relatif aman dari gelombang tinggi karena melalui selat di antara pulau-pulau kecil. Karena itu, dia berani membawa kami berlayar sore hari.

Tepat pada saat puncak air surut kami tiba di dermaga kampung Mongkol, Pulau Pemping. Waktu aku pertama ke sini tahun 2021 lalu, kapal bisa langsung bersandar di pelantar (jembatan/jalan penghubung) rumah laut keluarga Bang Dan. Namun pada petang ini, kami harus bersandar di ujung dermaga utama karena air surut cukup jauh. Perjalanan ditempuh sekitar 50 menit dari Tanjung Riau ke Mongkol dengan kondisi laut yang bersahabat.

Rabu, 05 Januari 2022

Menepi Sejenak di Hutan Watu Gembel yang Sepi

aliran sungai yang berundak

Jalan tanah yang kami lewati berujung di sebuah rumah, dengan kandang sapi beserta dua penghuninya. Rumah sederhana khas pedesaan itu tertutup rapat, hanya sepasang sandal di depan pintu. Tak ada seorang pun yang menyahut ketika kami beberapa kali coba “kulonuwun” sampai ke belakang rumah. Setelah menunggu agak lama tak menjumpai seorang pun, kami lantas melanjutkan perjalanan ke arah hutan melalui jalan setapak meninggalkan motor di depan rumah itu. Tidak ada papan petunjuk arah Watu Gembel, kami hanya berjalan mengikuti jalan setapak di samping rumah. Tujuan kami memang hanya untuk jalan-jalan saja menjauhi keramaian.