Senin, 11 Januari 2016

Sampai di Tofoi, Kembali ke “Peradaban”

salah satu suduh kampung Tofoi

Dan wilayah cacah terakhir dalam kegiatan tahun 2013 ini adalah Tofoi. Tofoi merupakan kota dari distrik Sumuri, yang juga menjadi salah satu kampung penting di kabupaten Teluk Bintuni. Kampung ini tergolong modern dibanding kampung-kampung lain di area Teluk Bintuni. Sebagian jalan utama sudah diaspal. Banyak fasilitas-fasilitas umum seperti Puskesmas, kantor distrik, gereja, masjid, dan pasar, namun jetty nya kurang memadai. Sekolah di sini tersedia mulai dari TK – SMA.


Suku Sumuri adalah suku asli di kampung ini yang terdiri dari 4 marga yaitu Dorisara, Inanosa, Kamisopa, dan Sabandafa. Selain itu, banyak juga pendatang mulai dari Batak, Sunda, Jawa, Toraja, Buton, Bugis, Manado, Flores, Kei, sampai di wilayah Papua lain seperti Maibrat dan Merauke. Yah.. bisa dibilang kampung ini adalah miniatur Indonesia sama seperti Babo.

Adanya pasar yang menjual beragam kebutuhan pokok dan buka tiap hari memberi banyak pilihan menu masakan. Sudah bermingu-minggu lamanya sarden kalengan dan mi instan jadi santapan kami sehari-hari. Hanya rasa lapar lah yang buatku sanggup makan makanan yang membosankan itu. Akhirnya sejak di Tofoi ini menu makanan lebih bervariasi dengan beragam sayuran, tempe, dan kadang daging ayam. Beberapa warung seperti penyetan hadir di sini memberikan pilihan lain. Jika malas masak tinggal pergi ke warung penyetan, meski harganya 20an ribu. Padahal di Jawa harga penyetan bisa setengahnya, tapi namanya juga di Papua sudah untung ada yang jual makanan ini.
aktivitas bongkar muat di jetty Tofoi yang sibuk
Yang menyenangkan lagi, di sini ada Toko Sinar Pagi. Semacam minimarket modern yang selama perjalanan ini hanya kami dapati di Babo dan Tofoi. Minimarket ini menyediakan berbagai makanan “modern” seperti aneka snack, makanan instan, dan es krim. Karena skalanya yang besar toko ini bisa menyediakan berbagai barang yang lebih murah dibanding kios-kios kecil. Sama seperti di Jawa ritel modern seperti ini menjadi tolok ukur perkembangan suatu tempat. Makin ramai suatu tempat, makin banyak pula ritel modern didirikan. Akhirnya kami bisa kembali ke peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar