jalan utama "kota" Babo |
Mobil
melaju pelan melintas jalan aspal sempit di tengah padang rumput. Tak lama,
tampak sebuah rumah di pinggir jalan di kejauhan juga terlihat beberapa rumah.
Di persimpangan, mobil berbelok ke kanan di sini sudah mulai nampak
perkampungan yang cukup padat. Di tengah perkampungan itu terdapat sebuah
masjid yang cukup besar, tak jauh dari situ ada kantor Distrik (kecamatan).
Sesampai di kantor distrik, kami langsung disambut oleh seseorang berperawakan
kurus tinggi, berkumis, berkulit sawo matang, dan agak medhok cara ngomongnya.
Ya.. dia orang Jawa dan dialah Pak Distrik Babo, sebut saja dia Pak Distrik
(lupa namanya). Pak Distrik sudah dua puluhan tahun tinggal di Papua dan sudah
cukup lama berada di Babo. Di Babo memang banyak orang Jawa nya.
Babo
menjadi salah satu kota terpenting di Kabupaten Teluk Bintuni meski bukan
sebagai ibu kota Kabupaten. Di Babo terdapat bandara dan dermaga besar tempat
singgah kapal besar dari Sorong jadi arus orang dan barang bisa masuk secara
langsung ke sini. Selain dermaga besar, ada juga dermaga kecil tempat singgah
kapal kecil atau biasa disebut ketinting. Dari sini barang-barang kebutuhan
pokok yang biasa dipasok dari Jawa didistribusikan ke kampung-kampung kecil di
Teluk Bintuni bagian selatan. Bisa dikatakan Babo adalah salah satu pusat
perekonomian di Teluk Bintuni dan termasuk kota besar.
Kota,
kedengarannya menyenangkan karena di tengah belantara Papua ada juga kotanya.
Jangan bayangkan kota di sini seperti di Jawa. Di sini listrik hanya menyala
malam hari saja, itupun kalau jaringan listrik dalam kondisi baik. Jika ada
gangguan, butuh waktu lama bagi PLN untuk memulihkannya bisa sampai
berbulan-bulan lamanya. Tak ada minimarket apalagi mall, yang ada hanya
kios-kios kecil dan yang paling besar toko Sinar Pagi di sinilah eskrim bisa
didapat. Tak ada cafe, yang ada hanyalah warung kopi di dekat jetty (dermaga).
Di jetty inilah orang-orang menghabiskan waktu seggangnya di sore dan malam
hari. Tua, muda, dan anak-anak semua ngumpul di sini.
jetty kecil Babo dalam perbaikan |
Jetty
adalah tempat nongkrong yang paling asik. Di sini kita bisa berenang (buat yang
bisa), bisa jajan (buat yang punya duit), atau sekadar nongkrong (buat yang
selo, ga ada kerjaan). Karena itu kami biasa menghabiskan waktu sore di jetty,
melihat anak-anak berlompatan ke sungai. Mereka nampak menikmatinya, tak perlu
gadget canggih untuk bersenang-senang. Dengan berbagai gaya lompatan mereka,
ada yang salto, terbang, sampai gaya batu. Dijamin ga bakal mati gaya di sini
karena yang ga bisa renang bisa menonton pertunjukkan akrobat gratis dan bisa
mengabadikannya lewat kamera. Jika merasakan adanya tatapan-tatapan kagum dari
orang asing dan sorotan dari mata lensa tingkah anak-anak itu semakin
menjadi-jadi. Mereka melompat sekeren mungkin, dengan gaya yang makin variatif.
Akan tambah antusias jika mereka diperlihatkan aksinya dari layar LCD kamera.
Adzan
Maghrib menjadi tanda permainan sudah selesai. Kebanyakan mereka pulang ke
rumah masing-masing untuk persiapan mengaji di masjid. Tapi ada juga yang masih
asyik main di jetty dan baru pulang setelah benar-benar gelap. Malamnya
keramaian berpindah ke warung-warung kopi sekitar jetty. Warga lokal dan para
pejalan yang kebetulan sedang singgah berbaur di warung. Mereka tampak akrab
karena sudah lama kenal dan seringkali singgah di Babo. Sedikit bergeser ke
dalam kampung, sayup terdengar lantunan ayat suci Al Quran. Ba’da Maghrib di
serambi masjid biasanya anak-anak mengaji dibimbing beberapa ustadz. Saat itu
kebetulan mereka sedang berlatih menghadapi seleksi lomba MTQ untuk kabupaten
Teluk Bintuni. Sudah beberapa tahun terakhir ini anak-anak Babo terpilih
mewakili kabupaten Teluk Bintuni untuk ikut kejuaraan MTQ tingkat Provinsi
Papua Barat.
Malamnya
suasana kampung begitu sunyi dan gelap, hanya beberapa masjid dan beberapa rumah yang punya genset saja tampak terang. Saat itu memang listrik sedang mati
akibat ada gangguan. Sudah tiga bulan ini Babo gelap gulita tanpa aliran
listrik dari PLN. Babo yang katanya kota itu listriknya masih sering byar-pet,
mungkin lebih banyak pet nya. Padahal Babo merupakan kota kedua setelah Bintuni
di kabupaten ini namun fasilitasnya masih serba terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar