pulau Kepayang, salah satu pulau kecil di kepualauan Karimata |
Kapal masih tertambat di sebuah
warung dekat dermaga ketika kami datang. Bang Sema dan seorang kawannya
terlihat sedang duduk santai di warung. Setelah ngobrol sebentar tentang teknis
keberangkatan nanti, segera mereka menyiapkan kapal. Tak butuh waktu lama,
hanya sekitar 10 menit mesin kapal sudah dinyalakan dan siap untuk berangkat.
Bang Sema selaku nakhoda sudah bersiap di belakang kemudi ditemani Bang Yos.
Tepat jam 6.45 speedboat kecil dengan 8 kursi penumpang mulai bergerak menuju
muara. Kanal yang sempit dengan beberapa perahu tertambat di pinggirnya membuat
nakhoda harus ekstra hati-hati mengemudikan kapalnya. Tak jauh memang, setelah
melalui dua kelokan sampailah kami di muara.
kokpit speedboat |
Pagi itu kami akan menempuh
perjalanan panjang sejauh sekitar 76 mil laut, Bang Sema mulai memacu mesin
kapal bertenaga 200 PK. Beberapa menit melaju di perairan terbuka,
kecepatan kapal di atas 20 knot. Gelombang laut di selat antara Kalimantan
dengan pulau Maya begitu tenang pagi itu sehingga memungkinkan kapal dipacu
hingga 30 knot. Dengan kecepatan seperti itu, kapal seakan melayang di atas
permukaan air laut yang tenang. Selat yang memisahkan kedua pulau itu
sebenarnya lebih mirip sungai karena jarak antar pulau hanya sekitar 1 – 2 km,
tak jauh beda dengan lebar sungai Kapuas.
Kapal melaju cepat melewati pulau
Maya. Kabut asap semakin tebal menyelimuti selat Karimata. Kabut asap ini
berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan saat musim
kemarau. Adanya kabut asap ini menyulitkan pelaut dalam hal navigasi. Posisi
pulau dan karang sebagai penanda arah nyaris tak terlihat karena tertutup
kabut. Dibutuhkan pengalaman dan kewaspadaan ekstra untuk mengemudikan kapal
saat situasi seperti ini. Sekitar sejam dari pulau Maya dari kejauhan tampak
samar pulau Penebang. Pulau itu berbentuk seperti bukit yang menjulang tinggi.
Pulau yang tak berpenghuni tetap ini relatif luas dibanding beberapa pulau
kecil yang dilewati sebelumnya. Pantainya didominasi karang, dan di beberapa
tempat terlihat pantai pasir putih.
pulau Pelapis yang tersaput kabut asap |
Tak jauh dari pulau penebang
terdapat gugusan kepulauan kecil yang sering disebut pulau Pelapis. Kalau di
peta, setidaknya ada 3 pulau yang bernama pelapis yaitu pulau Pelapis Air,
Pelapis Luar, dan Pelapis Tengah. Ketiga pulau itu saling berdekatan membentuk
semacan segitiga. Kapal kami memasuki kepulauan Pelapis lewat di antara pulau
Pelapis Luar dan Pelapis Tengah. Kedua pulau itu berpenghuni, dari jauh tampak
pemukiman yang cukup padat di daerah pantai. Di Pelapis inilah kota kecamatan
Karimata berada.
Laju kapal melambat ketika
melalui dua pulau Pelapis meski di sini gelombang sangat tenang karena ombak
Laut Cina Selatan terhalang pulau. Di sekitar sini banyak terdapat bangunan
kelong, baik yang masih dipakai maupun yang terbengkalai. Kelong merupakan
bangunan berbentuk panggung dengan pondasi dari kayu dan gubug sederhana
beratap alang di atasnya yang berfungsi untuk menjaring ikan teri. Jaring
biasanya disiapkan di bawah bangunan kelong, saat malam hari jaring diturunkan.
Dengan bantuan lampu, teri siap diburu. Ikan teri yang tertarik terhadap cahaya
akan berkumpul di bawah kelong. Saat dilihat kumpulan teri sudah cukup banyak,
jaring perangkap yang sudah dipasang sebelumnya akan ditarik ke atas.
Lokasi pulau Pelapis ini termasuk
strategis karena berada di antara Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Selain itu
potensi ikan dan hasil laut di sini masih sangat besar. Letaknya yang jauh dari
pulau utama membuat daerah ini masih relatif sepi kunjungan dari nelayan lokal
Kalimantan. Namun kondisi ini dimanfaatkan oleh nelayan asing untuk menjarah
ikan di area pulau Pelapis. Besarnya armada kapal yang digunakan membuat
nelayan lokal tak berkutik. Mereka hanya bisa melihat hasil lautnya diangkut
begitu saja oleh kapal nelayan asing. Banyak cerita tentang kapal nelayan asing
yang tenggelam atau karam terhantam gelombang Laut Cina Selatan. Banyak awak
kapalnya yang hilang, ada pula yang selamat. Kabarnya ada seorang nelayan
Thailand yang kemudian menetap di pulau Pelapis setelah kapalnya tenggelam.
Selat Karimata merupakan
pertemuan arus antara laut Jawa dengan laut Cina Selatan. Besarnya gelombang
dan kuatnya arus laut di kawasan ini sudah terkenal mampu membalikkan kapal-kapal
yang kurang beruntung. Kebetulan saat itu musim angin selatan sudah mulai reda
sehingga speedboat ukuran kecil yang kami tumpangi berani dibawa sampai pulau
Karimata. Jika sedang musim angin selatan, nelayan-nelayan lokal yang handal
pun urung melaut.
gelombang Karimata |
Meski sudah reda, arus laut yang
datang dari arah selatan cukup mengkhawatirkan bagi kami yang baru pertama naik
kapal kecil di tengah laut. Tinggi gelombang yang bisa mencapai 2 meter membuat
kami merasa was-was. Belum lagi gelombang-gelombang lain yang susul menyusul
membuat kapal terhempas berkali-kali. Sementara itu di kokpit terlihat bang
Sema dengan santainya ngobrol dengan bang Yos, kawannya yang bertugas sebagai
navigator sekaligus co-pilot. Perlu
diketahui, bang Sema seringkali ditugaskan untuk mengantar bupati Kayong Utara
dalam melakukan kunjungan ke kepulauan Karimata. Kapal ini dikemudikan oleh
pengemudi kapal VIP kabupaten, jadi kenapa mesti khawatir? Lagi pula ini rute
yang biasa dia lalui. Tanpa sadar, hempasan gelombang yang menggoyang kapal
membuatku tertidur.
dusun Betok |
Tiga jam lebih
kapal mengarungi selat Karimata, akhirnya sampai juga di tempat yang dituju.
Jam 10.30 kami sudah sampai di dermaga dusun Betok, Pulau Karimata. Saat itu
dermaga kecil dusun Betok terbilang sepi, hanya ada beberapa kapal saja yang
tertambat tanpa banyak orang yang berlalu-lalang. Terbentang sepanjang 500
meter, dermaga Betok menjadi jembatan menuju ke area perkampungan. Jembatan itu
berujung pada sebuah gapura yang bertuliskan “Selamat Datang, Desa Betok Jaya”.
Bagaimana keadaan geografis disana pak?dan pada kunjungan disana apakah sudah ada listrik dan jaringan komunikasi?
BalasHapusSoalnya saya dan istri akan akan menetap lama di pulau karimata,istri penempatan sbg guru disana..dan kami buta informasi..
Trimakasih,slm sungkem wongJogja