Selasa, 02 Februari 2016

Kopi, Sopi, dan Ayam, Selamat Datang di Manggarai

kopi, rokok, dan bir, suguhan untuk menyambut tamu

Setelah sebelumnya menginap di Borong, Manggarai Timur kamipun bergerak menuju ke Benteng Jawa (BJ) kota kecamatan wilayah cacah pertama. Naik mobil, perjalanan Borong – Benteng Jawa ditempuh sekitar 3 jam. Jalan aspal cukup mulus tapi sempit. Sesampai di BJ kami mampir di rumah pak “dewan”. Di sinilah kami disuguhi kopi manggarai yang katanya nikmat. Pas pertama nyoba, biasa aja. Cuma segelas kopi, agak pait campur manis, ga ada bedanya sama kopi kapal api. Setelah ngobrol basa-basi, kami lanjutkan perjalanan ke rumah bapak kepala dinas.

Punten, abdi teu tiasa bahasa Sunda

salah satu sudut jalan yang sepi 
Pagi itu telinga ini mendengar suara-suara yang cukup asing di telinga. Orang-orang berbicara dengan bahasa yang tidak kumengerti. Mirip seperti percakapan antara si Aa dengan Aa lainnya di warung “Burjo” dekat kampus. Ya.. aku sedang berada di Jawa Barat, Garut tepatnya. Hari pertama di Garut, kuhabiskan di beskem hanya ngobrol dengan kawan dan tidur-tiduran. Masih sungkan rasanya untuk keluar dan berinteraksi dengan warga sekitar. Padahal aku di sini bertugas sebagai enumerator/pewawancara suatu survei yang mau tidak mau harus berinteraksi secara intensif dengan orang-orang berbahasa asing itu. Entah apa yang dipikirkan kawan-kawan lain yang juga tidak bisa berbahasa Sunda.

Berjuang di Medan Perjuangan

keramaian malam di salah satu sudut kota Medan
Jam baru menunjukkan pukul 8 pagi, matahari juga belum memancarkan sinar panasnya. Namun jalanan pagi ini terasa begitu panas dan pengap. Kendaraan bermotor berdesakan memenuhi jalanan. Jalan sebenarnya cukup lebar, tapi terasa begitu sesak akibat banyaknya kendaraan pagi itu. Mobil, bentor, angkot, dan tentu saja motor menguasai jalanan. Dengan bodi ramping kendaraannya, para pemotor berebutan mencari ruang kosong di depannya. Celah sesempit apapun diterabasnya asal masih bisa ditembus setang motor. Mereka nampak lihai meliuk-liuk di sela kendaraan lain.

Bonus: Liburan Hemat di Raja Ampat




pantai tersembunyi yang sering terlewatkan

Berbekal sisa waktu sebelum kepulangan ke Jogja, kami ber-16 mampir dulu ke Raja Ampat. Sayang rasanya sudah sampai Papua Barat tapi ndak mampir ke Raja Ampat. Salah satu destinasi impian para traveler, yang dinobatkan menjadi surga wisata Indonesia bagian timur. Gugusan pulau karang kecil di tengah lautan nan jernih jadi bayangan sebagian besar orang ketika mendengar "Raja Ampat". Itulah tempat terbaik di Raja Ampat, Wayag nama tempatnya. Setidaknya sampai saat ini karena kebanyakan foto-foto epik Raja Ampat yang menghiasi dunia maya diambil dari Wayag. Ada harga ada rupa, belasan juta harus dirogoh untuk menyewa kapal saja jika ingin ke Wayag. Tak sampai hati merogoh kocek terlalu dalam, kami urungkan niat untuk ke Wayag. Kami hanya perlu "menengok" Raja Ampat saja. 

Setelah dihitung-hitung, kami cukup pergi ke Waisai dan sekitarnya saja. Dengan komitmen berusaha mencari opsi termurah, meski minim info dan diantara kami belum pernah ada yang ke Raja Ampat. Kami pun berangkat ke Raja Ampat dengan tekad mencari tempat liburan terbaik dengan harga semurah mungkin. Jika punya kehendak kuat, maka semesta akan mendukung. Niat kami untuk liburan hemat akhirnya terwujud berkat kebetulan-kebetulan dalam perjalanan dari Sorong menuju Waisai. Sekedar catatan kecil liburan hemat di Raja Ampat 25 - 27 Desember 2013    


Merapat ke Raja Ampat

Bersantai Menikmati Senja di Pantai WTC

Tak Bisa Sampai Wayag, Waisai pun Jadi

Liburan Kere Hore di Raja Ampat (1), Santai di Pantai

Liburan Kere Hore di Raja Ampat (2), Menyapa Lumba-Lumba di Kampung Keren Saporkren 

Senja di Waisai Torang Cinta

SampaiJumpa Lagi Waisai

Sampai Jumpa Lagi Waisai

sampai jumpa lagi Waisai
Jam 9 Pagi, kapal bergerak meninggalkan pelabuhan Waisai. Tulisan “Port of Waisai” yang kemarin menyapa kami, kini makin tampak kecil. Sepuluh menit kemudian pulau Waigeo sudah menghilang di balik cakrawala. Beberapa pulau kecil dilewati kapal begitu saja. Sementara itu suasana di dalam kapal cukup ramai meski tak seramai waktu ke Waisai kemarin. Kalau kemarin aku hanya duduk manis di ruang penumpang sambil melihat pemandangan dari kaca yang buram, kini aku memilih berada di bagian luar kapal. Dari luar tampak dengan jelas keindahan selat Dampir dengan pulau-pulau kecilnya.

Senja di Waisai Torang Cinta


senja di Waisai

Sebelum maghrib, kami sudah sampai di penginapan. Sebagian kawan tampak kecapekan dan memutuskan untuk istirahat di penginapan saja. Hanya aku dan seorang kawan yang keluar untuk sekedar menikmati senja di pantai. Mumpung masih di Raja Ampat, kapan lagi bisa ke sini. Jadi meski agak capek juga kami tetap ingin ke pantai jelang senja. Jalanan begitu lengang sore itu, pantai pun juga sepi. Tanah masih menyisakan genangan air hujan tadi.

Liburan Kere Hore di Raja Ampat (2), Menyapa Lumba-Lumba di Kampung Keren Saporkren



kampung keren Saporkren
Destinasi kami selanjutnya terletak tak jauh dari Saleo. Kali ini mobil berhenti tepat di pinggir pantai. Sebuah pantai kecil dengan hamparan pasir putihnya, sepi seperti pantai pribadi. Tapi bukan pantai ini tujuan kami. Abang sopir dan kawannya menuntun kami masuk ke dalam hutan. Jalan setapak menanjak menjadi permulaan. Vegetasi cukup lebat, masih banyak pohon besar di sekitar.