Senin, 20 September 2021

Parangan, Surga Tersembunyi di Lembah Kali Oya

Parangan

“Surga tersembunyi”, begitulah ungkapan lebay yang saya tuliskan. Tempat yang diberi nama Parangan ini memang belum banyak diketahui khalayak umum. Dapat dimaklumi mengingat objek wisata ini baru dibuka bulan Agustus 2021. Menurut salah seorang warga, keindahan Parangan awalnya disadari oleh pekerja proyek PDAM. Dia mengatakan ke warga bahwa tempat ini sangat indah dan cocok dijadikan tempat wisata. Sama prosesnya seperti lokasi wisata tersembunyi lain, dimulai dari foto-foto yang diunggah di medsos lalu viral dan jadilah tempat wisata.

Uji Nyali Menuju Kedung Jati

rute offroad, petunjuk dari mbah gugel

Berbekal arahan dari Google Maps kami bertiga menuju ke Parangan, suatu tempat wisata yang lagi hits di Jogja. Parangan merupakan nama tempat di lembah sungai Oya, berlokasi di Kedung Jati, Selopamioro, Imogiri. Menurut salah seorang pengelola yang kami temui, objek wisata ini baru dibuka sekitar sebulan yang lalu. Tempat wisata ini memang tergolong baru dan minim informasi.

Jumat, 09 Juli 2021

Operasi Gigi Bungsu Pakai BPJS


Terinfus

Rasa sakit tak tertahankan selama beberapa bulan terakhir hilang seketika saat serpihan gigi terakhir tanggal. Menyisakan lubang menganga, namun tak terasa sakit dan ngilu meski saat terkena air dingin. Saya kira gigi bungsu pengganggu itu telah hilang selamanya. Sebulan kemudian saya menambal gigi yang berlubang akibat ditabrak oleh si Bungsu. Sebelum menambal, dokter mengatakan bahwa gigi bungsu saya masih menyisakan akarnya. Akan berbahaya jika dibiarkan karena lubang bekas gigi yang tanggal tidak dapat menutup karena masih ada akarnya. Hal itu dapat menyebabkan infeksi di kemudian hari akibat sisa makanan yang tertinggal.

Menggapai Atap Yogyakarta

Gunung Kendil

Gunung Kendil, nama yang cukup asing bagi saya. Padahal gunung ini terletak tak jauh dari Puncak Suroloyo yang sudah tersohor itu. Gunung Kendil merupakan sebuah bukit di tepi Jl Suroloyo. Jika kita menuju ke Puncak Suroloyo dari kota Jogja, Gunung Kendil terletak di sebelah kiri jalan. Hanya ada penanda plang kecil bertuliskan “Gunung Kendil” saat saya ke sana karena papan yang lebih besar roboh terkena angin.

Senin, 03 Februari 2020

Kisah Pilu Masa Lalu tentang PGRS/PARAKU

hutan Kalimantan



“Dulu di sini banyak orang Cina, tapi karena ada kerusuhan mereka pergi”. Sepotong cerita dari seorang warga di salah satu desa di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Hanya sepotong itu saja ceritanya, tak lebih. Tidak dijelaskan alasan kepergian orang-orang etnis Tionghoa maupun latar belakang kerusuhan itu. Usai menceritakan cerita itu, dia pun diam sejenak. Kemudian melanjutkan dengan pokok bahasan yang lain. Kerusuhan apa lagi ini? Waktu itu saya belum tahu tentang kerusuhan yang melibatkan etnis Tionghoa di Kalimantan Barat. Mungkinkah itu kerusuhan 1998? Tapi mengapa itu bisa sampai ke pedalaman Kalimantan? Entah kenapa, saya yang biasanya kepo tidak berusaha mengulik cerita yang terpotong itu. Dan akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu tenggelam begitu saja, tak sempat tertanya.

Menapak Jejak Sejarah Kerajaan Tertua di Kalimantan Barat

Keraton Ismahayana, Ngabang (dok. pribadi)

Seorang lelaki paruh baya menghampiri kami yang sedang bersantai di beranda. Hanya tersenyum, lalu dia membuka pintu dan mempersilahkan kami masuk. Sebuah rumah panggung kecil dengan warna kuning yang dominan dipermanis dengan warna hijau di bagian pintu, jendela, dan tiang. Bagian beranda dibatasi pagar kayu bermotif unik dibalut dengan warna kuning cerah. Enam pilar kayu berwarna hijau menjadi bagian dari pagar beranda sekaligus menjadi selingan dari warna kuning yang mendominasi. Di bagian tengah beranda terdapat lampu gantung klasik. Di samping beranda, terdapat selasar kecil yang masih terhubung dengan beranda namun tidak beratap. Bangunan beraksitektur khas Melayu itu cukup kecil, sama seperti beberapa rumah di sekitarnya.

Selasa, 05 November 2019

HeHa Sky View, Sepetak Balkon di Jogja Lantai Dua


Malam di HeHa Sky View

Jarum jam menunjuk angka 4 saat kami tiba di halaman parkir HeHa Sky View. Kami pun segera masuk ke ruangan yang lebih mirip lobby hotel dibanding loket penjualan tiket masuk yang saya bayangkan. Di meja petugas tiket terpasang papan kecil bertuliskan biaya masuk yang dibedakan berdasarkan waktu. Sebelum jam 16.00 pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp10.000/orang, setelah jam 16.00 menjadi Rp15.000/orang. Pada hari biasa HeHa Sky View buka mulai pukul 11.00, sedangkan di akhir pekan buka pukul 10.00. Jam tutup di hari Minggu hingga Kamis pukul 22.00, hari jumat pukul 22.30, dan hari Sabtu pukul 23.00.