Selasa, 05 November 2019

HeHa Sky View, Sepetak Balkon di Jogja Lantai Dua


Malam di HeHa Sky View

Jarum jam menunjuk angka 4 saat kami tiba di halaman parkir HeHa Sky View. Kami pun segera masuk ke ruangan yang lebih mirip lobby hotel dibanding loket penjualan tiket masuk yang saya bayangkan. Di meja petugas tiket terpasang papan kecil bertuliskan biaya masuk yang dibedakan berdasarkan waktu. Sebelum jam 16.00 pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp10.000/orang, setelah jam 16.00 menjadi Rp15.000/orang. Pada hari biasa HeHa Sky View buka mulai pukul 11.00, sedangkan di akhir pekan buka pukul 10.00. Jam tutup di hari Minggu hingga Kamis pukul 22.00, hari jumat pukul 22.30, dan hari Sabtu pukul 23.00.

HeHa Sky View berlokasi di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, tepatnya di dekat Bukit Bintang. Dari pertigaan Piyungan, sudah tampak balon udara dan beberapa bangunan yang tampak cukup mencolok di area perbukitan. Jogja lantai dua, begitulah sebutan lain dari kabupaten Gunung Kidul. Bukannya tanpa alasan, sebutan lantai dua menunjukkan bahwa posisi Gunung Kidul berada lebih tinggi dari kota Jogja. Untuk menuju ke sana kita harus mendaki jalan Piyungan-Patuk. Jika Gunung Kidul adalah lantai dua, maka kawasan Bukit Bintang bisa diibaratkan sebagai balkon untuk melihat pemandangan kota Jogja di bawahnya.


Jembatan dengan jalur melengkung menghubungkan pintu masuk dengan resto yang berada di ujung. Di sisi jalannya berjajar pot-pot kecil berisi bunga warna-warni. Bunga-bunga itu nampak makin cantik berlatar langit sore yang cerah. Jelang malam, lampu-lampu yang terpasang di sepanjang pagar jembatan dinyalakan. Cahaya kekuningan itu diarahkan ke bawah sehingga tidak langsung menyebar melainkan terpantul melalui lantai. Dengan tata cahaya demikian, temaram malam tetap terjaga dan kesan romantis begitu terasa. Jembatan bercahaya ini menjadi salah satu spot foto terbaik di sini. Dari sini nampak lampu-lampu kota dan goresan jalan Jogja - Wonosari yang terhubung dari ratusan titik cahaya lampu. Lanskap khas bukit bintang itu, dapat kita lihat di sini dari sudut pandang yang sedikit berbeda. 

Area Foodcourt

Di ujung jembatan terdapat persimpangan, ke kiri tangga menurun menuju lantai bawah dan jika lurus masuk ke resto. Di lantai bawahnya, terdapat foodcourt yang diisi gerai-gerai dengan menu cukup bervariasi. Harga makanan dan minuman di foodcourt rata-rata belasan ribu rupiah, cukup ramah di kantong dibandingkan menu di resto. Setelah membaca daftar menu dan harga makanan resto (makanan paling murah 39k) dari sebuah web, kami pun melipir turun tangga alih-alih masuk menuju resto. Keberadaan foodcourt dapat memberikan pilihan alternatif jajanan yang tidak terlalu menguras dompet yang sudah tipis.
           
Jembatan dengan jalur melengkung

HeHa Sky View sebenarnya merupakan resto yang menawarkan bonus pemandangan kota Jogja dari ketinggian. Namun kini sepertinya sudah beralih fungsi menjadi tempat selfie. Tren eksis di media sosial nampaknya dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola. Lokasi tersebut ditata sedemikian rupa agar tampak menarik. Di beberapa titik, disediakan spot foto menarik seperti balon udara, pesawat, “superman”, dan teras kaca. Untuk dapat berfoto di spot foto khusus, kita harus merogoh kocek antara 10 - 30 ribu rupiah. Tapi sebenarnya masih banyak lokasi menarik yang dapat dinikmati secara cuma-cuma (di luar harga tiket masuk).     

Suasana Senin sore itu cukup lengang, belum terlalu banyak pengunjung yang datang. Cukup nyaman untuk jalan-jalan sore berkeliling di tempat yang baru saya kunjungi ini. Sampai di area balon udara, kami tertarik pada bean bag yang berserakan dan masih banyak yang kosong. Segera kami menempatkan diri di dekat pagar dan menghadap arah matahari tenggelam. Menyambut senja bersama, sambil rebahan di bean bag yang nyaman. Matahari perlahan turun mendekati cakrawala. Cahaya kekuningannya memberi kesan hangat dalam sejuknya hembusan angin sore itu. Tak terasa terang berganti remang, cahaya lampu menggantikan matahari yang kini sudah tak tampak lagi.  

Salah satu sudut tempat foto favorit

Malas rasanya bangkit dari bean bag. Sungguh tempat rebahan yang menyenangkan untuk melalui senja. Area balon udara masih ramai oleh para pelaku selfie. Begitu juga dengan tempat selfie dan beberapa lokasi lain. Lampu-lampu kota menjadi daya tarik khas yang disajikan di sini. Beberapa orang tampak antri menunggu giliran untuk bisa berfoto dengan latar belakang kota Jogja dari sudut terbaik. Pengunjung terus berdatangan, suasana makin riuh layaknya pasar malam. Namun dalam keramaian itu tetap terasa syahdunya malam di balkon Jogja lantai dua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar