![]() |
rute offroad, petunjuk dari mbah gugel |
Berbekal arahan dari Google Maps kami bertiga menuju ke Parangan, suatu
tempat wisata yang lagi hits di Jogja. Parangan merupakan nama tempat di lembah
sungai Oya, berlokasi di Kedung Jati, Selopamioro, Imogiri. Menurut salah
seorang pengelola yang kami temui, objek wisata ini baru dibuka sekitar sebulan
yang lalu. Tempat wisata ini memang tergolong baru dan minim informasi.
Kami melalui rute Jalan Imogiri Timur kemudian menjuju ke arah Wisata Air Sriharjo melalui Jalan Jembatan Gantung. Perjalanan kami teruskan hingga sampai sebuah pertigaan yang salah satu cabangnya mengarah ke Jembatan Kedung Jati. Menurut rute Google Maps kami diarahkan untuk tetap lurus menyusuri sungai Oya. Namun sekitar 2 km, jalanan putus padahal lokasi Parangan tidak jauh lagi. Rupanya titik lokasi Parangan di peta berada di seberang sungai. Kembalilah kami ke arah jembatan untuk menuju jalan di seberang sungai.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami istirahat sejenak sambil makan
siang di warung dekat jembatan. Di sana kami juga sempat bertanya kepada
pemilik warung tentang rute menuju Parangan. Rute yang disarankan si pemilik
warung kurang lebih sama dengan rute google maps. Sebelum kami pergi, dia
sempat memperingatkan kami agar berhati-hati karena jalan menuju ke sana jelek.
Kami pun hanya menanggapi sambil lalu, tidak terlalu memikirkan serius
peringatannya.
Setelah menyeberang jembatan, kami belok kekiri mengikuti jalan kecil.
Sekitar 1km kemudian kami dapati portal yang menutup sebagian besar badan
jalan, namun masih ada celah untuk dapat dilalui motor. Meski sempat bingung
apakah bisa melewati portal itu, kami pun tetap lanjut. Jalan semakin
menyempit, dari yang tadinya cor beton kini kami harus melalui jalan tanah.
Perjalanan diiringi dengan tatapan heran dari beberapa orang yang kami temui. Jalan setapak harus kami lalui, meliuk di
antara bukit dan jurang.
Lebar jalan kian menyempit, dari yang tadinya 1 meter kini setengah
meter pun tak sampai. Awalnya cukup saya merasa cukup antusias dengan rute
offroad ini karena pemandangan lembah sungai yang memesona. Ketika jalan
menyempit, saya fokus ke jalan karena jika tidak jurang menganga di bawah telah
menanti. Sampai di suatu tempat, saya sadar bahwa kini kami melalui rute
melipir tebing. Hanya jalan beton selebar setengah meter yang menjadi pijakan
dari roda motor. Jalanan seolah menggantung di tepi tebing, entah bagaimana
mereka membuat jalan ini.
Kaki agak gemetar ketika menyadari posisi ini dan saya tidak bisa
berenang. Sebelah kiri sungai yang tampak cukup dalam sementara sebelah kanan
tebing batu menjulang. Kawan saya yang di depan tampak dengan entengnya melalui
rute yang menurut saya ekstrim ini setelah sebelumnya menurunkan kawan yang
membonceng. Sempat terpikir untuk mundur, namun sepertinya mustahil karena
posisi sudah agak jauh dari daratan. Tak ada pilihan lain kecuali harus maju,
apalagi di belakang saya ada pemotor lain yang sepertinya warga lokal. Tak apa
lah, lanjut saja. Kalau pun kepleset dan tercebur ada orang di belakang yang
semoga mau menolong.
Gas tipis-tipis, masuk gigi 2, kaki kanan menapak di tebing. Motor melaju pelan, mengharap keberuntungan. Sebenarnya rute ekstrim menggantung di atas sungai itu tak sampai 5 menit perjalanan, namun bagi saya terasa sangat panjang dan seperti perjalanan hidup mati. Sesampai di jalan tanah, saya menghela nafas panjang. Meski di depan menunggu rute offroad jalan setapak, namun setidaknya kalau jatuh tidak langsung ke sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar