Senin, 20 September 2021

Parangan, Surga Tersembunyi di Lembah Kali Oya

Parangan

“Surga tersembunyi”, begitulah ungkapan lebay yang saya tuliskan. Tempat yang diberi nama Parangan ini memang belum banyak diketahui khalayak umum. Dapat dimaklumi mengingat objek wisata ini baru dibuka bulan Agustus 2021. Menurut salah seorang warga, keindahan Parangan awalnya disadari oleh pekerja proyek PDAM. Dia mengatakan ke warga bahwa tempat ini sangat indah dan cocok dijadikan tempat wisata. Sama prosesnya seperti lokasi wisata tersembunyi lain, dimulai dari foto-foto yang diunggah di medsos lalu viral dan jadilah tempat wisata.

Lokasi camping ground Parangan, dari area PDAM Kedung Jati

Meski baru sebulan buka saat kami ke sana, namun sudah banyak pengunjung yang datang. Ketika kami datang Jumat siang, parkiran motor sudah terisi setengahnya. Parkiran motor terletak di bawah jalan setapak, cukup sempit sebenarnya tapi masih bisa diperluas. Di ujung parkiran terdapat gubuk sederhana tempat para pengelola berada.

Dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari pusat kota Yogyakarta ke Parangan. Dari kota, kita hanya perlu ke selatan mengikuti Jalan Imogiri Barat atau Timur menuju ke arah Panggang, Gunung Kidul. Sesampai di pertigaan “SPN Selopamioro”, belok ke kiri arah Sekolah Polisi Negara. Sampai depan gerbang SPN belok kanan, lalu ikuti saja jalan cor beton menuju PDAM Kedung Jati. Jalan cor beton menuju lokasi cukup baik, hanya saja di beberapa titik rusak. Rute jalan meliuk dan curam mengikuti kontur pegunungan. Ada beberapa simpang, kalau ragu bisa bertanya ke warga sekitar. Jika ingin meminta petunjuk dari mbah Gugel, carilah rute menuju “PDAM Kedung Jati” melalui SPN Selopamioro. Itu lah satu-satunya rute aman sejauh ini menuju ke Parangan. Sesampai di PDAM Kedung Jati, kita hanya perlu mengikuti jalan menurun dan sampailah kita di kawasan Parangan.

Sungai yang mengalir jernih dengan latar tebing batu yang menjulang. Pemandangan yang mungkin biasa bagi warga lokal tapi sangat menarik bagi pengunjung seperti kami. Para pengunjung nampak sangat menikmati sejuknya air di lembah Sungai Oya ini. Ada yang berenang, terjun dari tebing sambil teriak, ada pula yang cuma jalan-jalan dan foto-foto. Lokasi ini merupakan daerah kelokan sungai yang mana alirannya membentur dinding tebing lalu berbelok. Menurut keterangan dari warga yang kami temui, kedalaman air di dekat tebing mencapai belasan meter. Oleh karena itu di sekitar tebing ditandai dengan rangkaian botol plastik yang membentuk garis pembatas.

Ketika musim kemarau seperti saat ini, muncul pulau kecil di tengah sungai. Pulau tersebut didominasi bebatuan sungai dan sedikit pasir. Dari daratan menuju pulau, dibuat jembatan menggunakan rangkaian batu. Ada sebagian pengunjung yang mendirikan tenda di pulau itu. Sebenarnya tindakan mereka berbahaya mengingat sewaktu-waktu dapat terjadi aliran air bah akibat hujan deras di daerah hulu. Namun sepertinya mereka tampak menikmati dan tidak terpikirkan risiko yang dihadapi.

Berkemah di tengah kali

Fasilitas penunjang seperti toilet masih belum tersedia, hanya tampak satu bilik sederhana yang sepertinya digunakan sebagai ruang ganti. Kalau tidak ada toilet buatan, kita masih bisa memanfaatkan toilet alami. Ada beberapa warung yang buka sampai malam. Kita bisa camping manja di sana karena bisa jajan ke warung tanpa harus masak. Tidak hanya menjual makanan dan minuman instan, mereka juga dapat menyediakan hasil kebun jika diminta. Saat itu kami ingin singkong untuk bekal berkemah. Si pemilik warung langsung mengiyakan dan segera minta tetangganya untuk mencabut singkong di kebunnya. Tak lama kemudian datang seseorang yang membawakan sekresek singkong untuk kami. “seikhlasnya saja”, begitulah jawabannya ketika kami tanya harga sekresek singkong itu.

Meski fasilitas terbilang masih terbatas, namun pelayanan dari pengelola sudah cukup baik. Mereka ramah dan siap membantu pengunjung. Tarif parkir seikhlasnya, dan untuk yang camping dikenakan biaya 10 ribu/orang. Tempat wisata yang tergolong baru ini sangat cocok bagi yang menginginkan kesegaran duniawi. Dapat dijadikan sebagai tempat pelarian dari keramaian kota. Bisa juga menjadi alternatif tempat wisata di saat banyak destinasi wisata Jogja yang kian ramai meskipun kelak mungkin tempat ini akan ramai juga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar