![]() |
Parangan |
“Surga tersembunyi”, begitulah ungkapan lebay yang saya tuliskan. Tempat yang diberi nama Parangan ini memang belum banyak diketahui khalayak umum. Dapat dimaklumi mengingat objek wisata ini baru dibuka bulan Agustus 2021. Menurut salah seorang warga, keindahan Parangan awalnya disadari oleh pekerja proyek PDAM. Dia mengatakan ke warga bahwa tempat ini sangat indah dan cocok dijadikan tempat wisata. Sama prosesnya seperti lokasi wisata tersembunyi lain, dimulai dari foto-foto yang diunggah di medsos lalu viral dan jadilah tempat wisata.
![]() |
Lokasi camping ground Parangan, dari area PDAM Kedung Jati |
Meski baru sebulan buka saat kami ke sana, namun sudah banyak pengunjung
yang datang. Ketika kami datang Jumat siang, parkiran motor sudah terisi
setengahnya. Parkiran motor terletak di bawah jalan setapak, cukup sempit
sebenarnya tapi masih bisa diperluas. Di ujung parkiran terdapat gubuk
sederhana tempat para pengelola berada.
Dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari pusat kota Yogyakarta ke
Parangan. Dari kota, kita hanya perlu ke selatan mengikuti Jalan Imogiri Barat
atau Timur menuju ke arah Panggang, Gunung Kidul. Sesampai di pertigaan “SPN
Selopamioro”, belok ke kiri arah Sekolah Polisi Negara. Sampai depan gerbang
SPN belok kanan, lalu ikuti saja jalan cor beton menuju PDAM Kedung Jati. Jalan
cor beton menuju lokasi cukup baik, hanya saja di beberapa titik rusak. Rute
jalan meliuk dan curam mengikuti kontur pegunungan. Ada beberapa simpang, kalau
ragu bisa bertanya ke warga sekitar. Jika ingin meminta petunjuk dari mbah
Gugel, carilah rute menuju “PDAM Kedung Jati” melalui SPN Selopamioro. Itu lah
satu-satunya rute aman sejauh ini menuju ke Parangan. Sesampai di PDAM Kedung
Jati, kita hanya perlu mengikuti jalan menurun dan sampailah kita di kawasan
Parangan.
Sungai yang mengalir jernih dengan latar tebing batu yang menjulang.
Pemandangan yang mungkin biasa bagi warga lokal tapi sangat menarik bagi
pengunjung seperti kami. Para pengunjung nampak sangat menikmati sejuknya air
di lembah Sungai Oya ini. Ada yang berenang, terjun dari tebing sambil teriak,
ada pula yang cuma jalan-jalan dan foto-foto. Lokasi ini merupakan daerah
kelokan sungai yang mana alirannya membentur dinding tebing lalu berbelok. Menurut
keterangan dari warga yang kami temui, kedalaman air di dekat tebing mencapai
belasan meter. Oleh karena itu di sekitar tebing ditandai dengan rangkaian
botol plastik yang membentuk garis pembatas.
Ketika musim kemarau seperti saat ini, muncul pulau kecil di tengah
sungai. Pulau tersebut didominasi bebatuan sungai dan sedikit pasir. Dari
daratan menuju pulau, dibuat jembatan menggunakan rangkaian batu. Ada sebagian
pengunjung yang mendirikan tenda di pulau itu. Sebenarnya tindakan mereka
berbahaya mengingat sewaktu-waktu dapat terjadi aliran air bah akibat hujan
deras di daerah hulu. Namun sepertinya mereka tampak menikmati dan tidak
terpikirkan risiko yang dihadapi.
![]() |
Berkemah di tengah kali |
Fasilitas penunjang seperti toilet masih belum tersedia, hanya tampak satu
bilik sederhana yang sepertinya digunakan sebagai ruang ganti. Kalau tidak ada
toilet buatan, kita masih bisa memanfaatkan toilet alami. Ada beberapa warung
yang buka sampai malam. Kita bisa camping manja di sana karena bisa jajan ke
warung tanpa harus masak. Tidak hanya menjual makanan dan minuman instan,
mereka juga dapat menyediakan hasil kebun jika diminta. Saat itu kami ingin
singkong untuk bekal berkemah. Si pemilik warung langsung mengiyakan dan segera
minta tetangganya untuk mencabut singkong di kebunnya. Tak lama kemudian datang
seseorang yang membawakan sekresek singkong untuk kami. “seikhlasnya saja”,
begitulah jawabannya ketika kami tanya harga sekresek singkong itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar