Kamis, 04 Februari 2016

Melihat Lingko, Harapan yang Jadi Kenyataan


sawah lingko yang baru masuk masa tanam (Tim M)

Sekitar tiga bulan lalu, seorang kawan menunjukkan foto epiknya hasil dari traveling di Flores. Dari layar ponselnya tampak hamparan sawah dengan pola jaring laba-laba jika dilihat dari atas. Sawah yang saat itu sedang hijau-hijaunya terlihat sangat menakjubkan karena polanya yang unik. Dia pun cerita pengalamannya selama di Flores hingga sampai ke sawah lingko itu. Sempat ngiler juga, pengen rasanya ke sana. Tapi apa daya, uang tak ada. Aku pun hanya bisa bertanya dalam hati, kapan bisa ke sana?  Dan jawabannya pasti “kapan-kapan”

Kembali ke Ruteng, Meresapi Dinginnya Hawa Pegunungan Manggarai

langit biru Elar sebelum kembali ke Ruteng

Hampir seminggu berada di Elar, kembali gunung harus didaki dan lembah harus dilewati. Penat, lelah, dan capek sudah pasti. Namun dengan keterbukaan dan keramahan orang Manggarai, itu semua jadi terobati. Kini, sudah saatnya kami kembali melanjutkan tugas di tempat lain yang sudah menanti.

Selasa, 02 Februari 2016

Menembus Kabut Menuju Elar


kabut mistis Elar

Selepas dari Bawe kami harus ke Ruteng dahulu untuk mencari mobil yang sesuai. Katanya medan menuju Elar cukup terjal dan jalannya rusak sehingga dibutuhkan mobil yang tangguh. Singkat cerita, akhirnya kami dapat mobil yang dibutuhkan. Berangkatlah kami menuju ke kecamatan Elar.

Terimakasih Bawe, Terimakasih Wae Togong Atas Malamnya yang Begitu Romantis

jembatan Wae Togong nan Sepi (Tim M)

Tak terasa sudah hampir seminggu kami nge-beskem di Bawe dan sekitarnya. Jalan-jalan dari kampung Nangarema di muara hingga kampung Rondon di atas gunung. Dari perjalanan itulah kami temukan orang-orang Manggarai yang ramah dan bersahaja. Salah satunya ya Pak Cornelis, pemilik rumah beskem sekaligus kepala sekolah SD-SMP SATAP saat itu. Keramahan dan kemurahan hatinya menimbulkan kenangan tersendiri. Akhirnya tiba saat kami harus berpisah dengan keluarga pak Cornelis yang menyenangkan. Berpisah dengan sungai dekat rumah yang meski airnya agak keruh namun tetap memberi kesegaraan saat dipakai mandi. Dan berpisah dengan jembatan Wae Togong yang romantis.

Menyeberang Sungai ke Kampung Muslim di Nangarema

sungai yang harus diseberangi (Tim M)

Sekembalinya dari atas gunung, kini wilayah kerja kami berpindah ke arah pantai. Nangarema, sebuah kampung di pantai utara pulau Flores tak jauh dari beskem kami di Bawe. Akses menuju desa ini pun cukup mudah karena berada di dekat jalan raya dan bisa dijangkau motor. Wilayah kampung ini tebagi menjadi dua, dipisahkan sungai yang cukup lebar. Kampung utama, letaknya di dekat jalan memiliki beberapa fasilitas seperti sekolah dan pustu. Uniknya, warga kedua daerah itu menganut keyakinan yang berbeda. Warga yang tinggal di sisi dekat jalan beragama Kristen, sedangkan warga di seberang sungai beragama Islam.

Menanti Sunrise di Halaman Belakang Sekolah

dari halaman belakang sekolah (Tim M)

Jam 4 pagi, perut mules, panik, mengingat tak ada WC di rumah ini dan rumah-rumah lain di kampung. Setelah tanya pak guru Gabriel, beliau hanya bisa menyarankan tempat di kebun belakang rumah atau di belakang sekolah. Aku pun memilih untuk buang hajat di belakang sekolah saja, sekalian menanti sunrise pikirku. Sepuluh menit kemudian sampailah di tempat yang dituju, sebuah puncak bukit batu datar dengan beberapa lubang yang terisi air hujan. Lubang yang terisi air sering dimanfaatkan warga untuk mencuci. Area sekolah dulunya adalah sebuah bukit. Namun banyaknya warga yang memanfaatkan bebatuan bukit untuk berbagai keperluan, menjadikan bukit itu hilang dan menyisakan dataran di belakang sekolah.

Langkah Awal Mengenal Indonesia dari Dekat


sekolah kami (Tim M)
Survei hari kedua, kami berdua mampir dulu ke SDK Necak untuk mengambil beberapa data. Menyedihkan, kelas berantakan, bangku kurang. Keadaan kelas yang sering kulihat di tv kini muncul secara nyata. Berbagai acara dokumenter yang menayangkan tentang ironi negeri sangat menarik bagiku. Perjalanan panjang menembus rimba, melalui tanah cadas berlumpur, mendaki gunung lewati lembah, di daerah pedalaman yang jauh dari hingar-bingar kota mengusik jiwa petualanganku.