Jam
9 Pagi, kapal bergerak meninggalkan pelabuhan Waisai. Tulisan “Port of Waisai”
yang kemarin menyapa kami, kini makin tampak kecil. Sepuluh menit kemudian
pulau Waigeo sudah menghilang di balik cakrawala. Beberapa pulau kecil dilewati
kapal begitu saja. Sementara itu suasana di dalam kapal cukup ramai meski tak
seramai waktu ke Waisai kemarin. Kalau kemarin aku hanya duduk manis di ruang
penumpang sambil melihat pemandangan dari kaca yang buram, kini aku memilih
berada di bagian luar kapal. Dari luar tampak dengan jelas keindahan selat
Dampir dengan pulau-pulau kecilnya.
Selasa, 02 Februari 2016
Senja di Waisai Torang Cinta
senja di Waisai |
Sebelum
maghrib, kami sudah sampai di penginapan. Sebagian kawan tampak kecapekan dan
memutuskan untuk istirahat di penginapan saja. Hanya aku dan seorang kawan yang
keluar untuk sekedar menikmati senja di pantai. Mumpung masih di Raja Ampat,
kapan lagi bisa ke sini. Jadi meski agak capek juga kami tetap ingin ke pantai
jelang senja. Jalanan begitu lengang sore itu, pantai pun juga sepi. Tanah
masih menyisakan genangan air hujan tadi.
Liburan Kere Hore di Raja Ampat (2), Menyapa Lumba-Lumba di Kampung Keren Saporkren
kampung keren Saporkren |
Destinasi
kami selanjutnya terletak tak jauh dari Saleo. Kali ini mobil berhenti tepat di
pinggir pantai. Sebuah pantai kecil dengan hamparan pasir putihnya, sepi
seperti pantai pribadi. Tapi bukan pantai ini tujuan kami. Abang sopir dan kawannya
menuntun kami masuk ke dalam hutan. Jalan setapak menanjak menjadi permulaan.
Vegetasi cukup lebat, masih banyak pohon besar di sekitar.
Liburan Kere Hore di Raja Ampat (1), Santai di Pantai
jetty Waiwo Resort |
Mobil
terparkir di tepi jalan pinggir hutan. Jalan setapak nampak mengarah ke hutan.
Tak jauh dari jalan terdapat sebuah pondokan sedehana. Setelah melewati
pondokan, terlihatlah pantai kecil. Pantai kecil berpasir putih yang dibatasi
hutan. Di beberapa titik terdapat pondokan kecil, yang di salah satunya
terdapat baliho bertuliskan Waiwo Dive Resort. Jetty atau dermaga kayu membujur
ke arah laut. Jetty tampak bagus dan terawat, sepertinya masih baru. Di tengah
ada semacam pondok kayu kecil beratap alang. Di tengah jetty dibuat semacam
tempat istirahat dengan beberapa tempat duduk dengan atap yang juga terbuat dari
alang. Dari situ ada tangga kayu yang mengarah ke ujung jetty.
Wayag tak sampai, Waisai pun Jadi
"Raja Ampat, Kabupaten Bahari" |
Ketika
orang pertama dengar Raja Ampat, pasti yang terpikir adalah gugusan kepulauan
karang yang tersusun epik di tengah laut tenang nan jernih. Itulah Wayag, pulau
karang yang letaknya di sebelah barat pulau Waigeo. Dibutuhkan waktu tiga
hingga empat jam perjalanan dari Waisai ke Wayag menggunakan speed boat.
Kabarnya untuk sewa speed boat kecil saja butuh biaya belasan juta.
Perkiraannya seorang harus bayar sedikitnya 2 juta untuk sewa kapal saja, belum
untuk penginapan, retribusi, dll. Ada harga ada rupa.
Bersantai Menikmati Senja di Pantai WTC
tengara pantai WTC |
Selepas
berfoto dan berselfie ria di pelabuhan Waisai, salah seorang kawan mengontak
nomor yang didapat dari penumpang yang ditemui tadi. Kebetulan pas di kapal
tadi kami ketemu dengan ibu-ibu yang juga berasal dari Jawa. Seperti biasa,
ketemu orang Jawa di perantauan sangat menyenangkan. Seperti saudara sendiri
saja, mereka dengan senang hati menawarkan bantuan jika dibutuhkan. Si Ibu
memberikan nomor kontak kenalannya di Waisai yang bisa menyediakan kebutuhan
transportasi kami selama di sana. Beberapa saat kemudian muncullah, mobil pick
up yang sedianya akan mengantar kami ke penginapan.
Merapat ke Raja Ampat
selamat datang di Waisai |
Port
of Waisai, tulisan yang tampak di daratan seberang setelah sekitar dua jam
perjalanan menyeberangi selat Dampir. Perlahan kapal mendekat dan merapatkan
badannya ke dermaga. Dibanding pelabuhan di Sorong, pelabuhan di Waisai ini
terbilang kecil. Hanya kapal sedang seukuran feri penyeberangan saja yang
tampak di pelabuhan ini. Beberapa porter memasuki kapal, memburu penumpang yang
terlihat kepayahan dengan barang bawaannya. Para penumpang satu per satu mulai
keluar dari kapal cepat ini, termasuk kami. Melalui papan kayu sebagai jembatan
kecil kulangkahkan kaki keluar dari kapal, dan sampailah di Waisai. Kini resmi
sudah aku menginjakkan kaki di Raja Ampat, 25 Desember 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)