Jumat, 15 Agustus 2014

Harmoni di Teluk Bintuni, Sekilas Tentang Babo

Lantunan ayat-ayat suci Al Quran terdengar sayup-sayup dari arah masjid. Beberapa anak terlihat berlarian di serambi masjid. Di luar, senja sudah menua, gelap perlahan menyergap. Hanya beberapa titik cahaya lampu yang terlihat sepanjang jalan. Kala itu, Babo sedang dilanda krisis listrik. Sudah beberapa bulan terakhir PLN tak mampu memenuhi kewajibannya. Alhasil, Babo gelap gulita saat malam tiba. Hanya beberapa rumah dan kios yang memiliki genset saja yang bisa menyalakan lampu.
masjid di Babo
Raungan genset masjid mengiringi merdunya suara anak-anak yang sedang mengaji. Mereka tidak hanya melakukan rutinitas mengaji ba’da Maghrib saja, tetapi sedang melakukan latihan. Ya, latihan untuk mempersiapkan diri menjelang seleksi kejuaraan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) tingkat provinsi. Dalam beberapa tahun terakhir, Babo berhasil mengirimkan putra-putri terbaik mereka ke kejuaraan MTQ mewakili kabupaten Teluk Bintuni. Kini mereka tengah berjuang untuk dapat kembali maju ke MTQ tingkat provinsi yang tahun depan (2014) digelar di Raja Ampat.

Babo, salah satu distrik di kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Babo merupakan salah satu daerah yang maju di Teluk Bintuni. Terdapat bandara di distrik ini, sebuah bandara peninggalan jaman perang yang kembali difungsikan untuk keperluan transportasi bagi suatu perusahaan. Bandara Babo menjadi pintu masuk bagi para staf perusahaan gas asing tersebut untuk menuju ke beberapa lokasi proyek di wilayah Teluk Bintuni. Babo juga memiliki jetty/dermaga besar yang menjadi tempat transit kapal dari Sorong menuju Bintuni maupun sebaliknya. Selain itu, distrik ini juga menjadi salah satu pusat perekonomian di Teluk Bintuni. Barang-barang dari Sorong didrop di Babo untuk kemudian disalurkan ke berbagai daerah di Teluk Bintuni termasuk di kota Bintuni sendiri.
kampung Babo
Suku Irarutu adalah warga asli di Babo, selain itu ada beberapa suku lain termasuk pendatang seperti dari Jawa, Buton, Toraja, dan suku-suku dari Papua lainnya. Pendatang, terutama orang Jawa dan Buton kebanyakan menempati area jetty kecil. Selain jetty besar, babo juga memiliki jetty kecil tempat ketinting dan perahu kecil nelayan bersandar. Banyak kios di sini yang menyediakan pakaian, peralatan elektronik, perkakas dapur, sampai sirih pinang yang sudah menjadi “candu” bagi orang Papua. Jual beli ikan dan hasil laut lain juga dapat ditemui di sini. Beberapa kios makanan besar berkumpul di sini, termasuk juga pangkalan minyak tanah. Bisa dikatakan pusat perdagangan di Babo ada di area jetty kecil.

Masyarakat Babo tergolong multietnis, karena terdiri dari berbagai suku meski Irarutu masih menjadi suku yang dominan. Beragamnya suku yang ada tidak menimbulkan perselisihan yang parah. Mereka hidup berdampingn dengan damai dan tenang. Keragaman suku di Babo menjadikan mereka saling melengkapi. Orang Jawa yang terkenal dengan masakannya membuka warung makan di sana, dan hampir semua warung makan di Babo dimiliki orang Jawa. Etnis Tionghoa yang dikenal pandai berdagang membuka beberapa toko kelontong besar. Orang Papua yang dikenal dengan fisiknya yang kuat berprofesi sebagai TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat). Sementara itu, orang Buton yang dikenal sebagai pelaut ulung bertugas menyediakan ikan dan hasil laut lain. Penggolongan pekerjaan berdasarkan suku tidaklah mutlak demikian, namun itu dapat menjadi sedikit gambaran tentang salah satu keuntungan masyarakat multietnis.
anak-anak Babo
Warga Babo juga cukup taat beribadah. Hal ini bisa dilihat dari masjid utama yang selalu ramai oleh anak-anak yang mengaji mulai ba’da maghrib sampai Isya’. Hampir tiap sore juga terlihat mace-mace berangkat pengajian ke rumah tetangganya. Di sini juga ada tradisi unik dalam menyelenggarakan upacara pernikahan. Tabuhan rebana dan sholawat mengiringi pengantin yang diarak keliling kampung. Mirip seperti di Jawa, di Babo juga sering diadakan semacam tahlilan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Meski bukan mayoritas, warga nampak antusias dalam merayakan natal. Suasana menjelang natal di Babo cukup meriah dengan letusan kembang api yang terdengar sambung-menyambung. Tiga gereja yang ada dipenuhi jemaat yang melakukan ibadah di malam natal. Semua acara keagamaan itu mereka tanggapi dengan saling toleransi sehingga tercipta harmoni.
gereja di seberang lapangan Babo
Itulah sedikit gambaran mengenai Babo. Salah satu Distrik di Teluk Bintuni yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Sebuah kota kecil yang memiliki peran penting di kawasan Teluk Bintuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar