mengantar kepergian sang Perintis arungi samudera |
Raungan sirene terdengar dari
arah dermaga. Sebuah kapal barang tua dengan tulisan “PERINTIS” di bagian atas
telah merapat dengan sempurna. Beberapa orang yang sedari tadi menunggu di
dermaga, segera menuju ke arah kapal. KM Terigas I, merupakan kapal perintis
yang melayani rute Semarang – Sambas PP. Kapal barang tua yang juga difungsikan
sebagai kapal penumpang ini menjadi satu-satunya transportasi umum yang singgah
di kepulauan Karimata. Dari sekian banyak pulau dan kampung, hanya dermaga
kampung Betok, Pulau Karimata lah yang dijadikan titik singgah kapal perintis.
Kapal perintis yang berlabuh di Karimata akan menuju ke Sambas atau Ketapang,
tergantung rute tujuan. Hanya dua kali dalam sebulan, kapal perintis
menyinggahi Karimata oleh karena itu kedatangan kapal ini selalu dinanti oleh
warga Karimata.
Sementara itu, beberapa guru
tengah sibuk mengemas barang-barang di rumah tinggalnya. Sebuah rumah berukuran
8m X 6m yang terdiri dari tiga kamar tidur, ruang tamu, dan dapur, dan dihuni
oleh empat orang guru. Mereka semua berasal dari Kalimantan, sehingga tidak ada
tempat tinggal selain di rumah tinggal guru ini. Di Dusun Betok, Pulau Karimata
ini hanya ada SD dan SMP dengan puluhan murid dan beberapa orang guru saja.
Kebanyakan guru memang berasal dari Kalimantan sehingga pada hari-hari tertentu
mereka mudik seperti menjelang hari raya Idul Adha ini (2014). Setidaknya
selama dua minggu mereka pulang kampung karena menunggu jadwal keberangkatan
kapal perintis. Satu orang guru tidak ikut mudik agar bisa membantu guru lain
yang berdomisili di Karimata karena memang jumlah guru terbatas.
Kapal perintis memang bukan
satu-satunya alat transportasi ke luar pulau. Hampir semua penduduk kepulauan
Karimata berprofesi sebagai nelayan dan kebanyakan dari mereka memiliki perahu
motor. Ketapang dan Tanjung Pandan (Belitung) adalah tempat yang biasa mereka
tuju, biasanya untuk menjual hasil laut. Kedua tempat itu memiliki jarak yang
hampir sama yakni sekitar 94 mil laut dari Betok yang biasa ditempuh selama
kurang lebih 15 jam menggunakan perahu motor nelayan. Selain untuk keperluan
menjual ikan, penduduk kepulauan Karimata jarang keluar pulau. Kalaupun keluar
pulau biasanya hanya di sekitar kecamatan kepulauan Karimata saja. Bagi yang
tidak memiliki perahu seperti para guru, mereka biasanya menumpang perahu
nelayan. Sangat hemat ongkos memang, namun perjalanan belasan jam ke Ketapang
tidaklah mudah. Perahu motor kecil nelayan seringkali harus menghadapi ganasnya
gelombang Laut China Selatan. Gelombang laut yang tinggi tak jarang mampu
membalikkan perahu nelayan.
Kedatangan kapal perintis sangat
dinanti oleh penduduk Karimata karena sembako dan kebutuhan pokok lain seperti
BBM dibawa serta. Di pulau-pulau terpencil seperti Karimata ini, hanya kapal
perintislah yang hampir secara rutin memasok kebutuhan penduduk. Namun di musim
angin barat, kapal perintis urung merapat ke Karimata karena kondisi yang tidak
memungkinkan. Angin kencang dan gelombang kuat melanda perairan Karimata saat
itu, nelayan pun enggan melaut karena risikonya terlalu besar. Musim angin
barat membuat mereka terisolasi dalam hitungan minggu bahkan bulan. Pasokan
beras dan kebutuhan pokok lain akan terhenti. Tak jarang mereka hanya makan
makanan seadanya jika persediaan beras habis. Meski cukup luas dan memiliki
persediaan air tawar yang relatif melimpah, pertanian belum dikembangkan di
pulau Karimata.
Matahari kian condong ke ufuk
barat, dermaga Betok semakin ramai. Tampak serombongan anak kecil memikul tas
dan kardus datang bersama para guru. Mereka adalah anak murid yang mengantar
gurunya yang akan mudik ke pulau seberang. Sudah hal yang wajar anak murid di
sini mengantar sekaligus membantu membawakan barang bawaan gurunya sebagai bentuk
bakti murid terhadap guru. Para penumpang dan pengantar lain makin menambah
riuh suasana dermaga sore itu. Di sisi lain, terlihat beberapa orang sedang
memuati gerobak dengan berkardus-kardus sembako. Sementara itu di dalam kapal,
masih nampak aktivitas bongkar muat BBM untuk tambahan persediaan di pulau.
Cukup lama kapal bersandar di
dermaga, sebagian penumpang masih berada di dermaga. Sebagian di antaranya
sudah duduk manis menempatkan diri di geladak bagian bawah. Dua tempat
berukuran masing-masing 3m X 4m dengan tinggi semeter yang dialasi semacam
terpal menjadi tempat duduk penumpang. Di sekeliling tempat itu diletakkan
barang bawaan penumpang seperti tas, kardus, dan tong plastik yang entah isinya
apa. Ruang geladak bawah hanya seluas 7m X 20m, selain diisi penumpang beserta
barang bawaannya juga menjadi tempat menyimpan logistik termasuk BBM. Khusus
untuk tong BBM disimpan di ruang bagian bawah geladak.
Sejatinya kapal perintis ini
merupakan kapal barang. Namun untuk melayani mobilitas penduduk di beberapa
pulau terpencil disulaplah menjadi kapal penumpang dengan modifikasi seadanya. Perlengkapan
keselamatan pun juga disiapkan alakadarnya. Beberapa jaket pelampung tergantung
di atap geladak, sepintas jumlahnya terlihat tidak sebanding dengan jumlah
penumpang. Di dekat ruang kru kapal terdapat lemari kecil bertuliskan “live
jacket” yang terkunci rapat dengan isinya yang masih misteri. Meski terlihat
tua, kayu-kayu penyusun lantai geladak masih nampak kuat dan dalam kondisi
bagus. Namun di bagian lain, karat tak dapat menyembunyikan usia tua kapal ini.
Beberapa bagian kapal seperti dibiarkan lapuk begitu saja, seperti tangga
menuju bagian atas geladak yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Bekas las
terlihat di sana-sini, bahkan nampak pula bekas las di baling-baling kapal.
Menjadi penghubung antar pulau
adalah tugas yang diemban kapal perintis. KM Terigas I, merupakan salah satu
dari sekian kapal yang melayani pelayaran di pulau-pulau terpencil. Kapal yang
menjadi satu-satunya moda transportasi umum seperti di kepulauan Karimata ini.
Bagi penduduk Karimata, kapal perintis merupakan pilihan utama yang lebih
efisien dengan risiko tenggelam tidak sebesar jika menggunakan perahu nelayan. Selain
itu beragam kebutuhan pokok yang tidak tersedia di pulau dapat diangkutnya.
Sehingga kapal perintis dapat dikatakan menjadi perintis terbukanya isolasi
kepulauan terpencil ini.
senja di Karimata |
Matahari telah terbenam, menghilang di balik bukit
pulau Karimata. Kapal perintis masih bersandar, menunggu penumpang lain yang
mungkin belum datang. Dermaga yang sedari tadi diramaikan oleh puluhan manusia
berangsur lengang. Senja pun datang, terang telah berganti remang. Tak berapa
lama kemudian raungan sirene kapal terdengar memecah kesunyian malam. Kini
kapal renta yang sudah karatan itu bersiap untuk kembali mengarungi ganasnya
selat Karimata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar