Rabu, 28 Oktober 2015

Menanti Senja di Karimata, Mengantar Kepergian si Tua Arungi Samudera


mengantar kepergian sang Perintis arungi samudera

Raungan sirene terdengar dari arah dermaga. Sebuah kapal barang tua dengan tulisan “PERINTIS” di bagian atas telah merapat dengan sempurna. Beberapa orang yang sedari tadi menunggu di dermaga, segera menuju ke arah kapal. KM Terigas I, merupakan kapal perintis yang melayani rute Semarang – Sambas PP. Kapal barang tua yang juga difungsikan sebagai kapal penumpang ini menjadi satu-satunya transportasi umum yang singgah di kepulauan Karimata. Dari sekian banyak pulau dan kampung, hanya dermaga kampung Betok, Pulau Karimata lah yang dijadikan titik singgah kapal perintis. Kapal perintis yang berlabuh di Karimata akan menuju ke Sambas atau Ketapang, tergantung rute tujuan. Hanya dua kali dalam sebulan, kapal perintis menyinggahi Karimata oleh karena itu kedatangan kapal ini selalu dinanti oleh warga Karimata.


Sementara itu, beberapa guru tengah sibuk mengemas barang-barang di rumah tinggalnya. Sebuah rumah berukuran 8m X 6m yang terdiri dari tiga kamar tidur, ruang tamu, dan dapur, dan dihuni oleh empat orang guru. Mereka semua berasal dari Kalimantan, sehingga tidak ada tempat tinggal selain di rumah tinggal guru ini. Di Dusun Betok, Pulau Karimata ini hanya ada SD dan SMP dengan puluhan murid dan beberapa orang guru saja. Kebanyakan guru memang berasal dari Kalimantan sehingga pada hari-hari tertentu mereka mudik seperti menjelang hari raya Idul Adha ini (2014). Setidaknya selama dua minggu mereka pulang kampung karena menunggu jadwal keberangkatan kapal perintis. Satu orang guru tidak ikut mudik agar bisa membantu guru lain yang berdomisili di Karimata karena memang jumlah guru terbatas.

Kapal perintis memang bukan satu-satunya alat transportasi ke luar pulau. Hampir semua penduduk kepulauan Karimata berprofesi sebagai nelayan dan kebanyakan dari mereka memiliki perahu motor. Ketapang dan Tanjung Pandan (Belitung) adalah tempat yang biasa mereka tuju, biasanya untuk menjual hasil laut. Kedua tempat itu memiliki jarak yang hampir sama yakni sekitar 94 mil laut dari Betok yang biasa ditempuh selama kurang lebih 15 jam menggunakan perahu motor nelayan. Selain untuk keperluan menjual ikan, penduduk kepulauan Karimata jarang keluar pulau. Kalaupun keluar pulau biasanya hanya di sekitar kecamatan kepulauan Karimata saja. Bagi yang tidak memiliki perahu seperti para guru, mereka biasanya menumpang perahu nelayan. Sangat hemat ongkos memang, namun perjalanan belasan jam ke Ketapang tidaklah mudah. Perahu motor kecil nelayan seringkali harus menghadapi ganasnya gelombang Laut China Selatan. Gelombang laut yang tinggi tak jarang mampu membalikkan perahu nelayan.

Kedatangan kapal perintis sangat dinanti oleh penduduk Karimata karena sembako dan kebutuhan pokok lain seperti BBM dibawa serta. Di pulau-pulau terpencil seperti Karimata ini, hanya kapal perintislah yang hampir secara rutin memasok kebutuhan penduduk. Namun di musim angin barat, kapal perintis urung merapat ke Karimata karena kondisi yang tidak memungkinkan. Angin kencang dan gelombang kuat melanda perairan Karimata saat itu, nelayan pun enggan melaut karena risikonya terlalu besar. Musim angin barat membuat mereka terisolasi dalam hitungan minggu bahkan bulan. Pasokan beras dan kebutuhan pokok lain akan terhenti. Tak jarang mereka hanya makan makanan seadanya jika persediaan beras habis. Meski cukup luas dan memiliki persediaan air tawar yang relatif melimpah, pertanian belum dikembangkan di pulau Karimata.


Matahari kian condong ke ufuk barat, dermaga Betok semakin ramai. Tampak serombongan anak kecil memikul tas dan kardus datang bersama para guru. Mereka adalah anak murid yang mengantar gurunya yang akan mudik ke pulau seberang. Sudah hal yang wajar anak murid di sini mengantar sekaligus membantu membawakan barang bawaan gurunya sebagai bentuk bakti murid terhadap guru. Para penumpang dan pengantar lain makin menambah riuh suasana dermaga sore itu. Di sisi lain, terlihat beberapa orang sedang memuati gerobak dengan berkardus-kardus sembako. Sementara itu di dalam kapal, masih nampak aktivitas bongkar muat BBM untuk tambahan persediaan di pulau.


Cukup lama kapal bersandar di dermaga, sebagian penumpang masih berada di dermaga. Sebagian di antaranya sudah duduk manis menempatkan diri di geladak bagian bawah. Dua tempat berukuran masing-masing 3m X 4m dengan tinggi semeter yang dialasi semacam terpal menjadi tempat duduk penumpang. Di sekeliling tempat itu diletakkan barang bawaan penumpang seperti tas, kardus, dan tong plastik yang entah isinya apa. Ruang geladak bawah hanya seluas 7m X 20m, selain diisi penumpang beserta barang bawaannya juga menjadi tempat menyimpan logistik termasuk BBM. Khusus untuk tong BBM disimpan di ruang bagian bawah geladak.


Sejatinya kapal perintis ini merupakan kapal barang. Namun untuk melayani mobilitas penduduk di beberapa pulau terpencil disulaplah menjadi kapal penumpang dengan modifikasi seadanya. Perlengkapan keselamatan pun juga disiapkan alakadarnya. Beberapa jaket pelampung tergantung di atap geladak, sepintas jumlahnya terlihat tidak sebanding dengan jumlah penumpang. Di dekat ruang kru kapal terdapat lemari kecil bertuliskan “live jacket” yang terkunci rapat dengan isinya yang masih misteri. Meski terlihat tua, kayu-kayu penyusun lantai geladak masih nampak kuat dan dalam kondisi bagus. Namun di bagian lain, karat tak dapat menyembunyikan usia tua kapal ini. Beberapa bagian kapal seperti dibiarkan lapuk begitu saja, seperti tangga menuju bagian atas geladak yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Bekas las terlihat di sana-sini, bahkan nampak pula bekas las di baling-baling kapal.

Menjadi penghubung antar pulau adalah tugas yang diemban kapal perintis. KM Terigas I, merupakan salah satu dari sekian kapal yang melayani pelayaran di pulau-pulau terpencil. Kapal yang menjadi satu-satunya moda transportasi umum seperti di kepulauan Karimata ini. Bagi penduduk Karimata, kapal perintis merupakan pilihan utama yang lebih efisien dengan risiko tenggelam tidak sebesar jika menggunakan perahu nelayan. Selain itu beragam kebutuhan pokok yang tidak tersedia di pulau dapat diangkutnya. Sehingga kapal perintis dapat dikatakan menjadi perintis terbukanya isolasi kepulauan terpencil ini.

senja di Karimata

Matahari telah terbenam, menghilang di balik bukit pulau Karimata. Kapal perintis masih bersandar, menunggu penumpang lain yang mungkin belum datang. Dermaga yang sedari tadi diramaikan oleh puluhan manusia berangsur lengang. Senja pun datang, terang telah berganti remang. Tak berapa lama kemudian raungan sirene kapal terdengar memecah kesunyian malam. Kini kapal renta yang sudah karatan itu bersiap untuk kembali mengarungi ganasnya selat Karimata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar