sajian kopi Gayo |
Hawa dingin begitu terasa ketika
membuka pintu rumah. Sudah pukul 6 pagi, namun langit masih gelap. Masih belum
tampak lalu lalang kendaraan di jalan desa depan rumah. Beberapa saat kemudian
warna langit terlihat makin cerah. Sinar matahari muncul menyusup di sela
rerimbunan pohon pete yang menaungi tanaman kopi. Kabut tipis menyelimuti area
perkebunan kopi. Tetes embun masih membasahi butiran buah kopi. Perlahan
matahari mulai menampakkan wujudnya, sinar keemasannya memapar buah kopi yang
mulai ranum. Sementara itu kicauan burung terdengar bersahutan menyemarakkan
pagi. Sunyi masih menanungi desa Gegerung, kabupaten Bener Meriah.
kebun kopi |
Bener Meriah merupakan salah satu
kabupaten di dataran tinggi Gayo, provinsi Aceh. Tidak seperti namanya, kawasan
pegunungan ini jauh dari kata meriah. Hanya di sekitar pasar saja keramaian
terlihat, itupun hanya sampai jam 8 malam. Sementara itu perkampungan penduduk
tersebar mengikuti kontur pegunungan dengan kepadatan yang cukup rendah. Suasana
sepi terasa hampir sepanjang hari di daerah pedesaan, itu karena banyak
kegiatan penduduk terpusat di kebun kopi, pasar, dan perkantoran. Meskipun
tidak semeriah namanya, Bener Meriah merupakan tempat yang tenang dan nyaman.
Burni Telong |
Kopi merupakan komoditas andalan
di Dataran Tinggi Gayo, tak terkecuali di Bener Meriah. Kopi Gayo memang
terkenal sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia bahkan dunia. Lahan
pertanian di daerah ini didominasi oleh perkebunan kopi. Kebun kopi terhampar
luas dengan naungan pohon pete. Letaknya yang berupa dataran tinggi
memungkinkan daerah Gayo ditanami jenis kopi Arabica. Adanya Burni Telong atau
dapat diartikan sebagai gunung berapi menjadi salah satu sumber kesuburan tanah
Gayo. Tanah vulkanik yang mengandung belerang di kawasan Burni Telong menambah
variasi rasa kopi Gayo.
Tak hanya di kebun, banyak warga
yang menanam kopi di halaman rumah masing-masing. Kopi yang ditanam di halaman
biasanya untuk konsumsi sendiri. Kopi telah sejak lama dikenal masyarakat Gayo,
dan sudah menyatu dalam keseharian. Tiada hari tanpa kopi, itulah kebiasaan
masyarakat di daerah penghasil kopi seperti di Gayo. Kopi hitam tersaji di
hampir setiap kali kunjungan ke rumah penduduk maupun perkantoran. Di sini kopi
memang sudah jadi tradisi.
Sektor ekonomi di Gayo juga
ditopang oleh perkebunan kopi. Kebanyakan warga di pedesaan memiliki kebun kopi
yang cukup luas. Mereka biasa menjual kopi dalam bentuk buah maupun biji ke
para tengkulak. Untuk produk bubuk kopi
biasa dijual di kedai-kedai kopi dan tempat penggilingan biji kopi. Salah satu
pusat penjualan kopi Gayo adalah di Takengon, ibu kota Aceh Tengah. Banyak
terdapat sentra penjualan kopi dalam skala besar di Takengon. Dari sinilah kopi
Gayo didistribusikan ke berbagai daerah bahkan hingga mancanegara.
ruang peyimpanan biji kopi di Oro Coffee |
Oro Coffee adalah salah satu pabrik pengolahan
sekaligus distributor kopi Gayo. Pabrik milik Pak Rosyid ini sudah ada sejak
tahun 1998 lalu. Sempat mengalami guncangan akibat gempa Gayo 2013 lalu yang
menyebabkan bangunan pabrik rusak parah dan harus diratakan, usaha Oro Coffee
tetap berlanjut. Bahkan menurut pengakuan Pak Rosyid, mereka saat ini menjadi
salah satu pemasok untuk Starbucks. Saat ini dalam seminggu Oro Coffee bisa
mengekspor satu kontainer kopi atau setara dengan 20 ton. Banyaknya permintaan
ekspor menandakan kopi Gayo menjadi salah satu kopi favorit bagi penggemar kopi
di luar negeri.
http://blusukanuswantara.blogspot.com/2015/06/cerita-dari-tanah-gayo-2-kami-orang.html
http://blusukanuswantara.blogspot.com/2015/06/cerita-dari-tanah-gayo-2-kami-orang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar