Rabu, 17 Juni 2015

Cerita dari Tanah Gayo (1), Catatan Tentang Kopi

sajian kopi Gayo
Hawa dingin begitu terasa ketika membuka pintu rumah. Sudah pukul 6 pagi, namun langit masih gelap. Masih belum tampak lalu lalang kendaraan di jalan desa depan rumah. Beberapa saat kemudian warna langit terlihat makin cerah. Sinar matahari muncul menyusup di sela rerimbunan pohon pete yang menaungi tanaman kopi. Kabut tipis menyelimuti area perkebunan kopi. Tetes embun masih membasahi butiran buah kopi. Perlahan matahari mulai menampakkan wujudnya, sinar keemasannya memapar buah kopi yang mulai ranum. Sementara itu kicauan burung terdengar bersahutan menyemarakkan pagi. Sunyi masih menanungi desa Gegerung, kabupaten Bener Meriah.

 
kebun kopi
Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten di dataran tinggi Gayo, provinsi Aceh. Tidak seperti namanya, kawasan pegunungan ini jauh dari kata meriah. Hanya di sekitar pasar saja keramaian terlihat, itupun hanya sampai jam 8 malam. Sementara itu perkampungan penduduk tersebar mengikuti kontur pegunungan dengan kepadatan yang cukup rendah. Suasana sepi terasa hampir sepanjang hari di daerah pedesaan, itu karena banyak kegiatan penduduk terpusat di kebun kopi, pasar, dan perkantoran. Meskipun tidak semeriah namanya, Bener Meriah merupakan tempat yang tenang dan nyaman.
Burni Telong
Kopi merupakan komoditas andalan di Dataran Tinggi Gayo, tak terkecuali di Bener Meriah. Kopi Gayo memang terkenal sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia bahkan dunia. Lahan pertanian di daerah ini didominasi oleh perkebunan kopi. Kebun kopi terhampar luas dengan naungan pohon pete. Letaknya yang berupa dataran tinggi memungkinkan daerah Gayo ditanami jenis kopi Arabica. Adanya Burni Telong atau dapat diartikan sebagai gunung berapi menjadi salah satu sumber kesuburan tanah Gayo. Tanah vulkanik yang mengandung belerang di kawasan Burni Telong menambah variasi rasa kopi Gayo.

Tak hanya di kebun, banyak warga yang menanam kopi di halaman rumah masing-masing. Kopi yang ditanam di halaman biasanya untuk konsumsi sendiri. Kopi telah sejak lama dikenal masyarakat Gayo, dan sudah menyatu dalam keseharian. Tiada hari tanpa kopi, itulah kebiasaan masyarakat di daerah penghasil kopi seperti di Gayo. Kopi hitam tersaji di hampir setiap kali kunjungan ke rumah penduduk maupun perkantoran. Di sini kopi memang sudah jadi tradisi.

Sektor ekonomi di Gayo juga ditopang oleh perkebunan kopi. Kebanyakan warga di pedesaan memiliki kebun kopi yang cukup luas. Mereka biasa menjual kopi dalam bentuk buah maupun biji ke para tengkulak.  Untuk produk bubuk kopi biasa dijual di kedai-kedai kopi dan tempat penggilingan biji kopi. Salah satu pusat penjualan kopi Gayo adalah di Takengon, ibu kota Aceh Tengah. Banyak terdapat sentra penjualan kopi dalam skala besar di Takengon. Dari sinilah kopi Gayo didistribusikan ke berbagai daerah bahkan hingga mancanegara.
ruang peyimpanan biji kopi di Oro Coffee
Oro Coffee adalah salah satu pabrik pengolahan sekaligus distributor kopi Gayo. Pabrik milik Pak Rosyid ini sudah ada sejak tahun 1998 lalu. Sempat mengalami guncangan akibat gempa Gayo 2013 lalu yang menyebabkan bangunan pabrik rusak parah dan harus diratakan, usaha Oro Coffee tetap berlanjut. Bahkan menurut pengakuan Pak Rosyid, mereka saat ini menjadi salah satu pemasok untuk Starbucks. Saat ini dalam seminggu Oro Coffee bisa mengekspor satu kontainer kopi atau setara dengan 20 ton. Banyaknya permintaan ekspor menandakan kopi Gayo menjadi salah satu kopi favorit bagi penggemar kopi di luar negeri.

http://blusukanuswantara.blogspot.com/2015/06/cerita-dari-tanah-gayo-2-kami-orang.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar