Senin, 21 Juli 2014

Menyusuri Jalan Jamin Ginting, Menjelajah Tanah Karo yang Memukau



13914110882058503216
Gunung Sinabung tegak berdiri di ujung jalan (dok. pribadi)

Jam menunjukkan pukul 7 lebih, sesaat setelah mobil sewaan datang kami berebutan masuk. Tak sabar rasanya untuk menyambangi danau terbesar se Asia Tenggara. Di antara kami bertujuh, hanya dua orang yang pernah ke Danau Toba. Seorang kawan yang merupakan “orang lokal” bertugas menjadi sopir sekaligusguide kami. Sambil menyalakan mesin dia menanyakan mau makan di mana. Terserah... jawaban konvensional dan paling aman. Segera dia menyarankan suatu tempat, “gimana kalau kita makan di Peceren aja?”. Sejenak kami terdiam, dan pecahlah tawa di dalam mobil itu. Hanya si guide saja yang bengong kebingungan. Kami biarkan dia larut dalam kebingungan sejenak, lalu menjelaskan arti peceren dalam bahasa Jawa. Sambil tertawa, dia berkata, “ayo kita makan di “Comberan”!”.


Perjalanan yang cukup panjang harus kami tempuh untuk menuju ke Tongging dari kota Medan. Jl. Jamin Ginting adalah akses utama untuk menuju ke Tongging, desa yang terletak di tepi danau Toba. Diawali dari kelurahan Padang Bulan, kami mulai menyusuri Jl. Jamin Ginting. Jalanan berliku harus kami lalui memasuki Deli Serdang. Hampir dua jam kemudian, sampailah kami di Warung Wajik dan Pecal Bahagia Peceren. Sebuah warung makan yang cukup terkenal di Berastagi, dengan menu andalan pecel dan wajik tentunya. Ternyata kata “Peceren” berasal dari nama desa tempat warung makan itu berdiri.
Seusai makan, kami bergegas memasuki mobil dan segera melanjutkan perjalanan. Jalanan Berastagi terlihat putih berselimut abu gunung Sinabung. Bau belerang mulai tercium, mengingatkan saya pada letusan Merapi tiga tahun lalu. September 2013, gunung Sinabung mulai menggeliat kembali. Beberapa kali Sinabung memuntahkan isi perutnya, menghujani Tanah Karo dengan abunya. Beberapa pengendara motor memakai masker untuk melindungi saluran pernafasannya dari abu vulkanik yang menyesakkan. Dari balik kaca mobil, tampak gunung Sinabung mengeluarkan asap tipis. Atap rumah terlihat putih berselimut abu vulkanik. Memasuki Kabanjahe, tenda-tenda darurat didirikan di beberapa titik sebagai tempat pengungsian.


13914119181318711873
gunung Sinabung mengeluarkan asap tipis, menghujadi Tanah Karo dengan abu vulkaniknya (dok. pribadi)



13914113011081598048
atap rumah tertutup abu sinabung (dok. pribadi)

Jl. Letjen Jamin Ginting, tertulis di sebuah toko (Lah.. dah nyampe sejauh ini masih aja ada di Jl Jamin Ginting). Jl. Jamin Ginting adalah jalan terpanjang di Indonesia, seorang kawan menjawab keheranan saya. Dan benar saja setelah saya googling, jalan sepanjang 78 km itu termasuk salah satu jalan raya terpanjang di Indonesia. Let.Kol Jamin Ginting (1949), seorang perwira TNI yang berjasa menyelamatkan wilayah RI yang masih tersisa (Aceh) pada Agresi Militer Belanda ke 2. Beliau dan pasukannya melancarkan serangan gerilya di Tanah Karo (tanah kelahirannya), yang waktu itu masih berada di dalam kekuasaan Belanda sejak perjanjian Renville. Berkat perang gerilya yang berkecamuk di Tanah Karo, membuat kekuatan Belanda terkonsentrasi di wilayah itu dan melupakan serangan ke wilayah RI sampai penyerahan kedaulatan (1950). Jasa yang begitu besar untuk Republik, sangat pantas namanya dikenang menjadi nama jalan terpanjang di Indonesia.
Hamparan perkebunan berbagai sayuran menghiasi kanan kiri jalan. Lain dari biasanya, perkebunan itu nampak sedikit pucat terselubung abu Sinabung. Beberapa bangunan khas Tanah Karo berdiri di sepanjang jalan, tak terkecuali kantor Bupati Karo. Beberapa tempat di pinggir jalan, didapati warung dengan babi tergantung di depan jendela. Mereka menawarkan menu BPK atau Babi Panggang Karo, salah satu kuliner khas Karo.


1391411382756446107
kebun dan tanaman terlihat pucat (dok. pribadi)

Jalanan yang berkelok-kelok mendominasi jalur menuju Tongging. Beberapa kelokan tajam yang ada mengharuskan pengemudi memiliki kemampuan dan pengalaman yang mumpuni. Beberapa kali kami berpapasan dengan Sinabung Jaya, angkutan umum berupa minibus yang melayani trayek di Kabupaten Karo dan sekitarnya. Sinabung Jaya telah melayani warga Karo dan sekitarnya sejak puluhan tahun yang lalu. Minibus itu melahap semua tikungan yang ada dengan mudahnya. Sepertinya si sopir sudah hafal betul lekukan jalan di Tanah Karo. Tampak terpal cukup tebal menutup atap Sinabung Jaya. Kata seorang kawan, seringkali Sinabung Jaya disesaki oleh penumpang sehingga sebagian terpaksa harus naik di atapnya. Untuk menghindari razia, di beberapa tempat tertentu mereka harus menyelimuti diri dengan terpal. Alhasil, gundukan di balik terpal itu nampak seperti setumpuk barang di mata polisi dan selamatlah mereka dari razia.
Menjelang tengah hari, sampailah kami di air terjun Sipiso-piso. Dari halaman parkir, sudah tampak pesona danau Toba. Perairan berwarna biru yang dikelilingi hijaunya perbukitan dan dinaungi langit biru, sungguh memanjakan mata. Keindahan danau itu membuat saya ingin mendekat. Sampai di titik pengamatan terdekat, samping deretan kios oleh-oleh langkah saya terhenti oleh pagar kayu. Inilah pemandangan yang sering saya lihat di lembar rupiah seribuan di era 90-an. Untuk menuju ke air terjun, kita harus menuruni ratusan anak tangga yang mengular turun hingga ke dasar lembah. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menuruninya. Dengan alasan waktu yang terbatas, kami tidak turun ke air terjun. Usai menikmati pemandangan danau dari atas, kami segera turun untuk melihat danau Toba lebih dekat. Dibutuhkan sekitar 15 menit dengan mobil untuk sampai di bawah. Puas berfoto ria di tepi danau Toba, kami memutuskan untuk pulang.


1391411460954127478
air terjun sipiso-piso (dok. pribadi)
1391411567881632367
pemandangan di uang 1000 era 90-an (dok. pribadi). link (http://uangindo.com/wp-content/uploads/2013/02/1000-Rupiah-Tahun-1992.jpg)

Jalan pegunungan yang berkelok dengan pemandangan perbukitan hijau menemani perjalanan pulang. Menjelajah kembali Tanah Karo dengan segala keunikan budaya; catatan sejarah yang panjang, sepanjang Jl. Jamin Ginting; dan bentang alamnya yang memukau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar