![]() |
Lembah Kali Oya |
Batu, kayu, ranting, bambu, dan dedaunan kering tersusun sedemikian rupa membentuk kerangka api unggun. Setelah beberapa kali gagal memantik, akhirnya api menyala juga. Nesting berisi air dan beras kami gantung di atas api. Rencananya, menu makan malam kami adalah nasi dengan lauk pakis dan daun ubi yang kami dapatkan tadi sore di hutan. Nasi sudah matang, giliran dedaunan direbus di atas api. Awalnya kami berniat memasukkan ikan sungai sebagai menu makan malam. Namun itu urung terwujud karena sore tadi tidak sempat mancing, lebih tepatnya malas. Saat api mengecil, singkong yang tadi didapat dari warga dimasukkan ke dalam bara.
![]() |
Pakis dan daun ubi hasil berburu |
Suara jangkrik dan gemericik aliran air sungai menjadi musik latar malam
hari. Kebetulan tempat kami camping berada agak jauh dari tenda pengunjung
lain. Dalam kehangatan api unggun kami menikmati suasana sekitar kemah sambil
ngemil singkong bakar. Entah kenapa singkong bakar yang dinikmati di alam bebas
jauh lebih nikmat daripada singkong keju di kota. Langit malam itu begitu
cerah, bulan sabit terpantul samar di permukaan sungai. Bergeser beberapa ratus
meter ke arah utara kemah, tampak titik-titik lampu menghiasi lereng
pegunungan.
Lokasi tempat kemah kami berada di antara sungai dan hutan, cukup jauh
juga dari pemukiman dan keramaian pengunjung lain. Sangat cocok untuk merasakan
sensasi kemah di alam bebas atau dikenal juga sebagai bushcraft. Kemah ala
bushcraft adalah kemah di alam bebas dengan memanfaatkan segala sesuatu di alam
untuk bertahan hidup. Idealnya, bushcraft dilakukan di tengah hutan belantara.
Namun karena kami hanyalah petualang abal-abal, jadi masih milih berkemah manja
dekat dengan peradaban dan warung.
Berbekal tutorial di Youtube, kami sempat membuat alat penyaring air
sederhana menggunakan arang, kerikil, dan pasir. Setelah beberapa kali
percobaan, botol air mineral bekas itu berubah menjadi filter air yang siap
digunakan untuk menyaring air sungai. Namun pada akhirnya alat itu tidak kami
gunakan karena ternyata di dekat situ ada selang yang mengalirkan air dari
sumbernya di atas gunung. Kebetulan sore harinya, kami bertemu salah seorang
warga dan dia menawarkan untuk menggunakan selang air yang digunakan untuk
mengairi kebunnya. Rupanya kami memang tidak dapat melakukan bushcraft secara
kaffah. Sangat sulit dan ribet ternyata bergaya seperti petualang dengan mode
survival nya.
![]() |
ngopi di pinggir kali |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar