Menyeberang Kapuas
|
Ketiadaan
jembatan penyeberangan membuat jasa penyeberangan Kapuas menjadi kebutuhan
utama transportasi Sekadau – Belitang. Arus kendaran dari Sekadau ke tiga
kecamatan di Belitang (Belitang Hilir, Belitang, dan Belitang Hulu) dan
sebaliknya relatif ramai karena adanya perkebunan sawit yang besar di daerah
Belitang. Tiap hari puluhan truk sawit hilir mudik Sekadau – Belitang dengan
menyeberang Kapuas. Selain itu mulai berkembangnya penduduk di Belitang semakin
meramaikan penyeberangan. Oleh karena itu pemda setempat berinisiatif membangun
ferry penyeberangan yang pada Oktober 2014, dermaga masih dalam proses
pembangunan. |
Gereja St Petrus Bukit Sadayang
|
Gedung
gereja yang terletak di sebuah bukit kecil ini diresmikan pada Februari 2001.
Lokasinya berada tepat di pinggir jalan trans Kalimantan. Hanya saja untuk
mencapainya masih harus melalui jalan masuk yang menanjak. Tak jauh, hanya
sekitar 100 meter kemudian sudah sampai di komplek pastoran. Diarsiteki seorang
putra daerah, bangunan gereja paroki ini berbentuk segi lima dengan memadukan tiga
unsur budaya masyarakat setempat yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Atapnya
yang berbentuk tumpang tiga mirip atap surau/masjid yang sering dijumpai di
Kalimantan Barat mewakili budaya Melayu. Bagian ujung bawah atap gereja
melengkung, menyerupai model atap rumah etnis Tionghoa. Di bagian atas pintu
masuk terdapat ukiran khas Dayak. Dan di dua sisi atap bagian depan terdapat
hiasan berbentuk kepala burung Enggang yang merupakan hewan langka khas
Kalimantan dan juga menjadi maskot dari Kalimantan Barat. |
Eks Lapangan Terbang
|
Terbentang
sepanjang lebih kurang 500 meter, jalan yang berada tepat di depan SMPN 6
Belitang Hulu ini dulunya difungsikan sebagai landasan pesawat. Landasan ini
dibangun untuk keperluan misi di daerah Belitang dan sekitarnya. Hampir di
setiap gereja besar (Paroki) terdapat landasan serupa. Adanya landasan ini tak
lepas dari belum dibuatnya jalan yang menghubungkan antara kota Sekadau dengan
Belitang. Dahulu, jika ingin milir/mudik (menuju ke kota/balik ke kampung)
sungai menjadi jalur transportasi favorit meski membutuhkan waktu yang lama. Karena
itu pesawat terbang menjadi satu-satunya alternatif tercepat untuk mencapai
daerah Belitang. Landasan itu terakhir kali digunakan pada tahun 2004 karena
akses darat sudah mulai dibuka. Kini 130 km jarak yang terbentang antara kota
Sekadau dengan desa Terduk Dampak dapat dilalui motor, mobil, bahkan truk
dengan waktu tempuh mencapai 5 jam dalam kondisi normal (jalanan kering). |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar