three gilis map |
Surga dunia, pulau eksotis, dan
sederet istilah lebay lainnya digunakan untuk menggambarkan keindahan Gili
Trawangan. Pulau kecil di sebelah barat pulau Lombok ini sudah sangat tersohor
di kalangan para traveler dunia. Bersama dua pulau kecil lainnya, Gili Air dan
Gili Meno tiga rangkaian pulau kecil ini menjadi lokasi favorit untuk berwisata
bahkan berbulan madu. Dari ketiga pulau itu, memang Gili Trawangan yang paling
terkenal.
Gili Trawangan adalah destinasi
wisata yang sebenarnya tidak kami rencanakan sebelumnya. Ini adalah perjalanan
dadakan untuk memanfaatkan waktu istirahat selama beberapa hari sebelum jadwal
keberangkatan pesawat ke Jogja. Salah seorang kawan kebetulan pernah ke sana
dan punya kenalan yang sering liburan ke sana sehingga kami pun dapat kontak
penginapan murah di sana. Kami beruntung, karena salah satu dari kami adalah
kawan dari langganan mereka, pihak penginapan mendiskon tarif kamar.
Menggunakan kapal motor umum,
kami menyeberang dari Lombok ke Gili Trawangan. Sekitar setengah jam kemudian
kapal yang kami tumpangi sudah sampai di Gili. Tak ada kendaraan bermotor,
hanya ada sepeda dan cidomo (dokar) sebagai alat transportasi. Jalanan utama
begitu bersih nyaris tanpa sampah berserakan. Di sepanjang jalan banyak
terdapat toko cinderamata, agen travel, penginapan, dan minimarket. Sementara itu
restoran kebanyakan berada di sisi yang langsung berbatasan dengan pantai. Bule-bule
bertebaran di mana-mana. Sejauh mata memandang tak satupun terlihat wisatawan
lokal.
jalanan gili trawangan |
Cukup jauh kami berjalan kaki
dari tempat kapal bersandar menuju penginapan. Sebuah ranjang berkapasitas dua orang,
lemari, kipas angin, dan kamar mandi dalam adalah fasilitas kamar yang tersedia.
Ada empat kamar yang sederet dengan kamar kami. Dua kamar kami tempati, satunya
ditempati sepasang bule, dan satunya lagi kosong. Di depan setiap kamar
terdapat berugak (gubug kecil khas Lombok) yang sangat nyaman dijadikan tempat
istirahat. Air di penginapan payau, katanya di Gili kebanyakan air tanahnya
payau.
halaman depan penginapan |
Usai rehat sejenak, kami keluar
untuk jalan-jalan menikmati suasana sore di Gili Trawangan. Tak banyak orang
yang lalu-lalang di jalan sore itu. Namun di pantai sudah terlihat banyak
wisatawan yang sedang bersantai menanti senja. Kebetulan pantai yang kami
kunjungi menghadap ke arah timur sehingga tidak bisa melihat sunset namun esok
ada harapan untuk dapat menikmati sunrise. Pantai pasir putih ala Gili
Trawangan yang terkenal akan keindahannya itu akan segera kami sambangi.
Sayangnya keeksotisan pantai pasir putih Gili ternodai oleh sampah-sampah yang
berserak. Dari ranting-ranting pohon sampai sampah bungkus makanan sudah
terlihat dengan jelas saat kami masuk ke area pantai. Pantai yang buruk, kesan
pertama saya. Sangat berbeda dengan ekspektasi yang terbentuk dari berbagai
sumber yang menceritakan keindahan Gili Trawangan.
sampah terserak di tepi pantai |
Sampah di pantai tidak
mempengaruhi para wisatawan untuk tetap menikmati suasana sore di tepi pantai.
Lagi-lagi hanya terlihat wajah-wajah berkulit putih. Baru setelah agak lama
berada di pantai, tampak seorang berwajah lokal sedang menggendong anak bule.
Tak banyak yang para wisatawan lakukan di pantai sore itu, hanya duduk-duduk
santai dan ada yang bermain dengan anak-anaknya. Mereka terlihat sangat
menikmati liburan dan tidak memikirkan apapun kecuali bersenang-senang. Berbeda
dengan kami yang kebingungan saat malam tiba. Di sepanjang restoran yang kami
susuri tak ada satupun yang bersahabat bagi kantong kami. Daftar menu dan harga
yang tertera di papan tulis berstandar internasional. Selera makan pun hampir
menghilang, sampai ketika saya lihat salah satu menu “vegetable fried rice...
20K”. Itulah harga makanan termurah yang dapat ditemukan. Harga barang dan
makanan di Gili Trawangan memang mahal, bisa sampai tiga kali lipat dari harga
normal.
Memasuki restoran, si pelayan
menunjukkan tempat duduk yang masih kosong. Dasar ndeso, kami memilih untuk
duduk lesehan di berugak yang letaknya di sudut restoran tanpa penerangan yang
memadai. Si pelayan sempat menganjurkan untuk duduk di dalam dengan alasan
tempat yang kami pilih agak gelap, namun pendirian kami tetap tak tergoyahkan.
Nantinya si pelayan akan mafhum dengan keputusan ini. Di saat para tamu yang
kebanyakan bule sedang makan dengan elegan, sementara di berugak kami makan
dengan gaya kampungan. Ngobrol sambil cekikikan, sesekali tertawa
terbahak-bahak. Sangat kontras dengan suasana dalam restoran yang begitu tenang
dan kondusif.
Saat memesan makanan, si pelayan
pun tanya minuman apa yang kami pesan. Kami pun kompak menjawab ga usah pake
minum aja (sudah cukup dengan nasi goreng 20K). Dengan tersenyum, si pelayan
bilang “air putihnya gratis kok” (ah.. sial, tau aja kalo kami turis kere).
Kami pun tidak menanggapi serius tawaran si pelayan. Antara malu tapi mau dan
kami pilih tetap pesen makan tanpa minum. Vegetable fried rice 20K telah
dihabiskan, rasa biasa harga luar biasa. Bekal 1,5 botol air mineral ukuran
tanggung menjadi penawar rasa seret kami usai makan.
Paginya kami yang sudah berniat
ingin melihat sunrise bergegas ke pantai setelah bangun tidur. Sudah agak
terang ketika kami sampai di pantai. Namun matahari belum juga muncul karena
terhalang awan yang menggumpal di ufuk timur. Selang beberapa menit kemudian,
bola emas matahari muncul dari balik awan. Cahaya merahnya terpantul dengan
sempurna di laut yang begitu tenang. Samar terlihat pantai Gili Meno tepat di
bawah matahari. Sunrise yang tidak sempurna, namun tetap terlihat indah.
menyambut pagi di gili |
Suasana pantai masih sepi, jarang
terlihat turis yang wara-wiri di pantai. Di antara sepinya pantai, terlihat
seorang turis asal Jepang sedang membawa sampah botol bir dan air mineral berjalan
menuju tempat sampah. Ternyata masih ada yang peduli terhadap sampah di pantai.
Sampah memang menjadi masalah klasik yang selalu terjadi pada tempat wisata di
Indonesia tak terkecuali di Gili Trawangan. Pulau yang disebut pulau surga ini
bagi saya tak ubahnya seperti pantai wisata biasa yang tercemar sampah. Sebagai
pulau wisata, Gili Trawangan menghasilkan sampah yang banyak. Memang, sebagian
besar sampah-sampah tersebut terbuang di tempat yang seharusnya. Namun, ada
sebagian lagi yang lolos dan mencemari area pantai.
membuang sampah pada tempatnya |
Di penghujung waktu liburan, kami
manfaatkan untuk ikut tur snorkeling di perairan tiga gili. Dengan membayar 100
ribu per orang kami mendapat fasilitas masker snorkeling, jaket pelampung,
sebotol air mineral, pemandu, dan diantar ke tiga spot snorkeling. Satu
rombongan tur berisi sekitar 20 orang wisatawan, dan kami lah satu-satunya
turis lokal dalam rombongan tersebut. Sebagai minoritas, kami harus mengalah
karena penjelasan dari pemandu yang menggunakan bahasa Inggris. Tergabung dalam
rombongan ini seperti berada dalam tur wisata internasional.
Dari kami bertujuh, lima orang
tidak bisa berenang termasuk saya. Saya sama sekali tidak pernah berenang
sempat panik saat pertama kali menceburkan ke laut. Beruntung, saya bisa segera
sadar kalau sedang pakai pelampung dan membiarkan tubuh mengambang dengan
sendirinya. Untuk menjaga satu sama lain (biar ga ilang keseret arus), kami
saling berpegangan tangan. Ada kalanya salah seorang dari kami terpisah dan
dengan paniknya minta di-rescue.
Meski berpegangan tangan sempat kami panik ketika arus begitu kuat dan menyeret
kami ke pinggir pantai. Kegiatan snorkeling ini bagi kami tak ubahnya seperti
ajang mempertahankan nafas/nyawa (Jangankan menikmati keindahan bawah laut, bertahan
dari kuatnya arus laut aja susahnya setengah mati). Sementara para bule satu
rombongan dengan asyiknya berenang ke sana ke mari. Kami begitu panik karena
arus kencang, sementara para bule itu menikmati keindahan bawah laut dengan
tenang dan elegan.
para perenang amatiran (hanya satu yg bisa diandalkan) |
Selepas tur snorkeling, waktunya
kami segera berkemas dan menuju ke pelabuhan. Sorenya dengan menumpang kapal
umum, kami kembali ke Lombok. Usai sudah liburan dua hari satu malam di Gili
Trawangan dan sekitarnya. Liburan di tempat favorit para bule dan mencoba menikmatinya
seperti mereka.
kalau snorkeling disana dmana ya spot yg bagus ?
BalasHapusProperty: paket wisata lombok gili trawangan mutiara tour pearls murah
dulu saya ikut paket tur snorkeling ke 3 spot,
Hapuskl saya, yg paling bagus di kawasan gili air.