Lantunan ayat-ayat suci Al Quran
terdengar sayup-sayup dari arah masjid. Beberapa anak terlihat berlarian di
serambi masjid. Di luar, senja sudah menua, gelap perlahan menyergap. Hanya
beberapa titik cahaya lampu yang terlihat sepanjang jalan. Kala itu, Babo
sedang dilanda krisis listrik. Sudah beberapa bulan terakhir PLN tak mampu
memenuhi kewajibannya. Alhasil, Babo gelap gulita saat malam tiba. Hanya
beberapa rumah dan kios yang memiliki genset saja yang bisa menyalakan lampu.
masjid di Babo |
Raungan genset masjid mengiringi
merdunya suara anak-anak yang sedang mengaji. Mereka tidak hanya melakukan
rutinitas mengaji ba’da Maghrib saja, tetapi sedang melakukan latihan. Ya,
latihan untuk mempersiapkan diri menjelang seleksi kejuaraan MTQ (Musabaqah
Tilawatil Quran) tingkat provinsi. Dalam beberapa tahun terakhir, Babo berhasil
mengirimkan putra-putri terbaik mereka ke kejuaraan MTQ mewakili kabupaten
Teluk Bintuni. Kini mereka tengah berjuang untuk dapat kembali maju ke MTQ
tingkat provinsi yang tahun depan (2014) digelar di Raja Ampat.
Babo, salah satu distrik di
kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Babo merupakan salah satu daerah yang
maju di Teluk Bintuni. Terdapat bandara di distrik ini, sebuah bandara
peninggalan jaman perang yang kembali difungsikan untuk keperluan transportasi
bagi suatu perusahaan. Bandara Babo menjadi pintu masuk bagi para staf
perusahaan gas asing tersebut untuk menuju ke beberapa lokasi proyek di wilayah
Teluk Bintuni. Babo juga memiliki jetty/dermaga besar yang menjadi tempat
transit kapal dari Sorong menuju Bintuni maupun sebaliknya. Selain itu, distrik
ini juga menjadi salah satu pusat perekonomian di Teluk Bintuni. Barang-barang
dari Sorong didrop di Babo untuk kemudian disalurkan ke berbagai daerah di
Teluk Bintuni termasuk di kota Bintuni sendiri.
kampung Babo |
Suku Irarutu adalah warga asli di
Babo, selain itu ada beberapa suku lain termasuk pendatang seperti dari Jawa,
Buton, Toraja, dan suku-suku dari Papua lainnya. Pendatang, terutama orang Jawa
dan Buton kebanyakan menempati area jetty kecil. Selain jetty besar, babo juga
memiliki jetty kecil tempat ketinting dan perahu kecil nelayan bersandar.
Banyak kios di sini yang menyediakan pakaian, peralatan elektronik, perkakas
dapur, sampai sirih pinang yang sudah menjadi “candu” bagi orang Papua. Jual
beli ikan dan hasil laut lain juga dapat ditemui di sini. Beberapa kios makanan
besar berkumpul di sini, termasuk juga pangkalan minyak tanah. Bisa dikatakan
pusat perdagangan di Babo ada di area jetty kecil.
Masyarakat Babo tergolong
multietnis, karena terdiri dari berbagai suku meski Irarutu masih menjadi suku
yang dominan. Beragamnya suku yang ada tidak menimbulkan perselisihan yang
parah. Mereka hidup berdampingn dengan damai dan tenang. Keragaman suku di Babo
menjadikan mereka saling melengkapi. Orang Jawa yang terkenal dengan masakannya
membuka warung makan di sana, dan hampir semua warung makan di Babo dimiliki
orang Jawa. Etnis Tionghoa yang dikenal pandai berdagang membuka beberapa toko
kelontong besar. Orang Papua yang dikenal dengan fisiknya yang kuat berprofesi
sebagai TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat). Sementara itu, orang Buton yang
dikenal sebagai pelaut ulung bertugas menyediakan ikan dan hasil laut lain.
Penggolongan pekerjaan berdasarkan suku tidaklah mutlak demikian, namun itu
dapat menjadi sedikit gambaran tentang salah satu keuntungan masyarakat
multietnis.
anak-anak Babo |
Warga Babo juga cukup taat
beribadah. Hal ini bisa dilihat dari masjid utama yang selalu ramai oleh
anak-anak yang mengaji mulai ba’da maghrib sampai Isya’. Hampir tiap sore juga
terlihat mace-mace berangkat pengajian ke rumah tetangganya. Di sini juga ada
tradisi unik dalam menyelenggarakan upacara pernikahan. Tabuhan rebana dan
sholawat mengiringi pengantin yang diarak keliling kampung. Mirip seperti di
Jawa, di Babo juga sering diadakan semacam tahlilan untuk mendoakan orang yang
sudah meninggal. Meski bukan mayoritas, warga nampak antusias dalam merayakan
natal. Suasana menjelang natal di Babo cukup meriah dengan letusan kembang api
yang terdengar sambung-menyambung. Tiga gereja yang ada dipenuhi jemaat yang
melakukan ibadah di malam natal. Semua acara keagamaan itu mereka tanggapi
dengan saling toleransi sehingga tercipta harmoni.
gereja di seberang lapangan Babo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar