pagi yang sempurna di Puncak Syarif |
Alarm HP berbunyi, menunjukkan pukul 02.30. Beberapa saat kemudian kami bertiga sudah terbangun dan duduk-duduk sambil mengumpulkan kesadaran. Malas rasanya keluar tenda dan merasakan udara dingin gunung Merbabu. Namun sesaat kemudian terdengar suara ajakan untuk muncak dari tenda sebelah. Tanpa buang waktu, kami segera berkemas seadanya untuk bekal summit attack. Senang rasanya bisa dapat kawan baru saat pendakian. Dalam pendakian gunung, kita mudah akrab dengan pendaki lain yang belum dikenal sebelumnya. Mungkin karena kesamaan tujuan dan “penderitaan” lah yang menyebabkan hubungan antar pendaki cukup hangat meski belum saling kenal.
Kali ini kami mendapat kawan seperjalanan dua orang, cewek dan cowok. Usia mereka masih cukup muda, mungkin sekitar dua puluh-an awal. Sebelumnya kami sempat kenalan, tapi lupa namanya. Akhirnya, kami hanya memanggil dengan sebutan mas dan mbak. Apalah arti sebuah nama?
Kami pun mendaki bersama dari pos 2 sampai pertemuan jalur Wekas dan Kopeng. Setelah istirahat sebentar kami bertiga melanjutkan perjalanan ke puncak Syarif karena menurut si mas di sana merupakan titik terbaik menikmati sunrise. Sementara itu mereka berdua masih melanjutkan istirahatnya karena si mbak nampak masih kecapekan, maklum saja ini pendakian pertamanya.
Menjelang subuh, kami sudah sampai di puncak Syarif. Tidak ada sedikitpun kabut yang mengganggu. Hanya awan tipis yang menggantung di langit. Semburat kuning keemasan nampak di ufuk timur. Tak lama kemudian bola kuning keemasan keluar dari lautan awan. Muncul perlahan menampakkan wujud dan membagi cahayanya kepada dunia.
sebelum cahaya di Puncak Syarif |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar