Jalan Panjang |
Kembang api meluncur tanpa henti saat kami akan memulai perjalanan dari basecamp. Cahaya purnama kini mendapat saingan dari cahaya warna-warni kembang api. Suara letusan khasnya memecah kesunyian malam di awal bulan Juli 2018. Sejenak kami berhenti, sekadar menikmati atraksi kembang api. Lima menit berlalu, namun tak ada tanda-tanda akan berakhir. Awalnya saya kira itu hanya ulah iseng anak-anak desa Wates mengisi malam minggunya. Namun ternyata atraksi kembang api merupakan salah satu rangkaian acara peresmian mushola. Acara puncaknya, yakni pemotongan pita baru dilakukan Minggu pagi.
Jalan beton di pemukiman menjadi pembuka perjalanan dari basecamp menuju
pos 1. Memasuki area perkebunan, jalur berupa makadam diselingi tanah. Meski
landai Namun jalur makadam ini cukup panjang sehingga cukup menguras energi dan
emosi. Normalnya dibutuhkan waktu sekitar satu jam jalan kaki untuk sampai pos
1. Jika malas jalan, bisa memakai jasa ojek yang tersedia. Lanskap Sindoro –
Sumbing tampak jelas di malam purnama itu. Bahkan pasangan Merapi – Merbabu,
hingga gunung Lawu di kejauhan pun dapat terlihat. Jalur pendakian Prau via
Wates ini berada di sisi timur gunung Prau sehingga lanskap rangkaian gunung
Sindoro hingga Lawu dapat terlihat di beberapa titik sepanjang jalur. Namun
saat saya kembali ke sana pada bulan Oktober 2018, jalan beton mulai dibangun
hingga pos 1. Jalur makadam sudah terganti beton, sedikit meringankan langkah
menapak jalan panjang itu.
Blumbang Kodok, tanpa blumbang (kolam) dan kodok. Saat kami tiba di sana
memang tidak didapati blumbang dan seekor kodok pun. Pos 1 merupakan batas
antara perkebunan dengan hutan. Dengan elevasi 1977 mdpl, dari Pos 1 kita sudah
bisa melihat kemegahan gunung Sindoro dan beberapa bukit di sekitarnya. Menuju
Pos 2, jalur masih landai dengan vegetasi yang cukup rapat. Tidak sampai sejam
kemudian kami sudah sampai di Pos 2. Cemaran 2122 mdpl, seperti namanya di
sekitar sini terdapat pohon cemara.
Jalur Pos 2 – Pos 3 juga landai dengan vegetasi rapat di awal, namun
mulai terbuka menjelang Pos 3. Pos 3 dinaungi pepohonan yang cukup rapat dengan
area datar yang lumayan luas. Tak jauh dari Pos 3, kita kembali memasuki area
terbuka. “Tangga Cinta” menjadi tantangan pertama setelah sedari tadi
dimanjakan dengan trek landai. Tidak terlalu terjal memang namun dapat membuat
detak jantung meningkat, namanya saja tangga cinta. Setelah melalui tangga
cinta, jalur kembali landai. Jalan setapak sempit melipir bukit menjadi trek
selanjutnya. Jika cuaca cerah, kita dapat melihat jelas perbukitan di sekitar
puncak dengan lembah menganga di bawah. Hijau perbukitan dan biru langit
sedikit memberi keteduhan dalam teriknya matahari menjelang siang saat
perjalanan turun.
setapak menuju puncak via Wates |
Simpang Bukit Rindu, di sini terdapat papan petunjuk arah menuju Bukit Rindu dan puncak. Jika ingin langsung ke puncak, tetap ambil jalur lurus. Tapi kalau ingin mampir ke bukit Rindu, tinggal naik saja mengikuti jalan setapak. Dari bukit Rindu pun kita tetap bisa melanjutkan perjalanan ke puncak karena terdapat jalur setapak yang nantinya bertemu dengan jalur Wates di Pelawangan. Jalan setapak bukit Rindu merupakan bagian dari jalur pendakian via Igir Mranak yang relatif baru.
puncak masih jauh |
Dari pelawangan, jalur mulai menanjak dengan vegetasi yang cukup rapat.
Tak jauh kemudian sampailah kita di area terbuka dengan trek landai dengan
pemandangan Sindoro – Sumbing yang sangat jelas. Di beberapa titik sepanjang
perjalanan dapat kita temui kebun bunga daisy yang tumbuh liar yang mempermanis
jalur pendakian ini.
Camp area berupa tanah lapang yang cukup luas namun pemandangan Sindoro
– Sumbing tertutup pepohonan. Hanya di dekat plang “Camp Area” saja kita bisa
dengan leluasa melihat lanskap khas Prau itu. Dari sini, jalan setapak relatif
landai hanya sesekali kita harus melalui tanjakan beberapa bukit kecil.
Berjalan sekitar 15 menit dari camp area, kita sampai di camp sunrise. Tempat
inilah yang menjadi favorit untuk mendirikan tenda karena merupakan lokasi
terbaik untuk menikmati “golden sunrise” Prau dengan latar lanskap Sindoro -
Sumbing. Tak heran jika saat liburan, tempat ini tertutup warna-warni tenda.
Jika malam hari, akan tampak seperti pasar malam dengan lampu-lampu di setiap
tenda dan riuh suara pengunjung.
turun gunung via Wates |
Sekitar tiga jam kami berjalan dari basecamp Wates menuju camp sunrise.
Dengan trek yang relatif landai tidak membuat nafas ngos-ngosan. Namun jalur
ini cukup panjang dibanding jalur lainnya sehingga dibutuhkan waktu dan tenaga
yang ekstra. Akan tetapi dengan pemandangan menarik di sepanjang perjalanan
dapat sedikit mengurangi lelah yang terasa. Selain karena pemandangan menarik
di sepanjang jalur, jarak perjalanan dari Jogja pun lebih dekat dengan jalan
yang cukup nyaman.
Prau nan Syahdu
pagi nan syahdu di bukit Rindu |
Berbeda dengan saat pertama kali ke sini, pada
kunjungan kedua cuaca berkabut. Semalaman Sindoro – Sumbing tak nampak ujung
puncaknya. Subuh, kabut masih setia menyelimuti dataran tinggi Dieng dan
sekitarnya. Puncak Prau pun tertutup kabut tipis hingga matahari meninggi. Beruntung,
kami yang bermalam di bukit Rindu masih bisa melihat pemandangan sekitar termasuk
prosesi terbitnya matahari karena kabut hanya menutup sebatas camp area jalur
Wates saja. Sesekali puncak Sindoro – Sumbing terlihat, dengan kabut di
sekelilingnya. Sejenak menikmati pagi berkabut dan terpapar sinar matahari
tipis-tipis. Pada suatu pagi nan syahdu di gunung Prau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar